Tiga Belas

1.7K 283 58
                                    

Hai..
Ini aku sempetin update selagi bisa

Selamat membaca

***

Sepulang sekolah, Soonyoung sedang asyik menghembuskan asap rokoknya di balkon ketika seorang kepala pelayan di keluarga itu mengetuk pelan pintu kamarnya.

Setelah berdecak sebal dan-terpaksa-mematikan puntung rokoknya yang baru berkurang sedikit, ia membuka pintu tanpa perlu repot-repot menghilangkan aroma khas benda itu dari tubuhnya.

"Ada apa Ahjumma?"

Wanita paruh baya dihadapannya terlihat mengernyit sebentar begitu mencium bau familiar dari tubuh tuan mudanya.

"Tuan Kwon memanggilmu ke ruangannya"

Soonyoung mengangguk patuh dan berlalu dari kamarnya, beberapa langkah kemudian ia berbalik karena sang pelayan memanggil namanya lembut.

"Nak Kwon..
Kurang-kurangilah merokok,
Tuan Kwon tidak akan membiarkanmu berlama-lama di ruangannya jika seperti ini.."

Soonyoung tersenyum pada sosok yang telah menemaninya dari bayi itu, saat itu sang Ahjumma masih sangat muda dan masih menjadi pelayan junior.
"Justru itu Ahjumma, aku tidak akan pernah berhenti jika hal itu membuatku tidak perlu berkunjung ke ruangan itu lagi"

*

Benar saja, sang Appa yang tengah berkutat dengan gawai berukuran besar miliknya langsung mendengus begitu puteranya memasuki ruang kerjanya yang lebih luas dari kamar Soonyoung.

"Kau benar-benar tidak pernah mendengarkan ucapanku.."

Soonyoung mendudukkan diri dengan santai di sofa kulit yang berada tak jauh dari meja kerja sang ayah, mengabaikan perkataan sinis yang baru saja terlontar dari mulut pria paruh baya itu.

"Jadi dalam rangka apa Appa memanggilku kemari?"

Tidak menjunjung basa-basi dan sopan santun seperti biasa.. inikah dampaknya jika seorang anak tumbuh dewasa tanpa sosok Eomma?
Dan tinggal bersama seorang ayah yang sangat sibuk seperti dirinya?

"Bukankah kau sudah bisa menduga hal genting apa yang harus kita bicarakan jika aku sampai memanggil putera nakalku ini ke ruanganku?"

Soonyoung tertawa pelan, tentu saja..

Apalagi jika bukan tentang perusahaan?
Bahkan pembicaraan mengenai sekolah dan guru privat Soonyoung saja mereka lakukan sambil lalu di meja makan.

"Biar ku tebak, perjodohan lagi?"

Kwon Appa hanya melirik putranya sekilas sebelum kemudian meletakkan gadgetnya dengan pelan di atas meja.

"Aku sudah bilang berapa kali padamu, Appa?
Demi apapun aku tidak berminat dijodohkan, dengan siapapun, secantik apapun, dan sekaya apapun."

Lelaki paruh baya yang kini menyandar di kursinya hanya tertawa kecil mendengar protesan Soonyoung.

"Aku juga sudah mengatakan hal ini padamu, Nak..
Takdirmu sebagai putra tunggal seorang konglomerat adalah meneruskan bisnis Appamu.
Dan dengan otak udang seperti itu kau pikir kau mampu bertahan berapa lama di dunia yang keras ini?
Kau butuh jaminan dan penyokong yang kuat karena kemampuanmu sangat jauh dari kata mumpuni.
Camkan itu di benakmu baik-baik dan turuti perkataanku."

Soonyoung yang terpancing emosi segera berdiri dari posisinya dan berjalan ke arah pintu dengan amarah menggebu.
"Aku tidak tertarik dengan perusaahan..
Bahkan tidak masalah bagiku jika harus melepas semua yang ku miliki saat ini termasuk status sebagai puteramu jika itu artinya aku bebas menentukan masa depan dan pilihan hidupku."

Let Me Hear You Say | Soonhoon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang