21. Diva Kenapa?

4K 346 12
                                    

Diva merenung. Mereasapi kejadian yang baru saja terjadi. Gus Ali memberikan sebuah kado untuk Aira. Memang sudah seharusnya dirinya sadar diri dari awal. Jangan terlalu berharap. Tapi mau bagaimana lagi. Dirinya tidak bisa mengatur kemana hatinya ingin berlabuh. Dan, mungkin memang dirinya menempatkan cinta tidak pada tempat yang tepat.

Sungguh! Diva tadi rasanya ingin menjerit tak suka saat mengetahui bahwa Aira mendapat sesuatu dari gus Ali. Tapi lagi, dia bercermin. Memang dirinya siapa? Hanya seseorang yang tak mampu mengungkap namun hatinya selalu menyebut namanya di setiap do'a. Berharap, agar suatu saat nanti bisa bersama walau rasanya itu tak mungkin. Hanya itu  yang bisa Diva lakukan.

Apa mungkin jika dirinya mengutarakan isi hatinya pada gus Ali, gus Ali akan melihatnya? Atau Diva harus...

"Mba! Ada orang tak di dalam? " teriak seseorang dari luar membuat lamunan Diva bayar seketika.

" Ada mbak" balas Diva berteriak.

Diva segera menyiram apa yang baru saja ia keluarkan, kemudian cebok dan segera keluar dari kamar mandi. Ya! Diva tadi sedang  buang hajat(buang air besar).

"Udah mba. Saya udah selesai" ucap Diva  ketika sudah berada di luar kamar mandi.

"Oh, mba Diva to. Saya kira siapa" balasnya sambil terkekeh.

"Sebenernya saya tadi gak mau buang hajat mba. Cuma penasaran aja ada orang atau enggak. Soalnya cuma kedengeran suara kran air tapi gak kedengeran ada suara orang" jelasnya.

Diva menghela nafas. Ni orang gak ada kerjaan lain selain ngecek in ada orang atau enggak di kamar mandi? Masa iya Diva mau karaoke an di kamar mandi? Itu bukanlah Diva sama sekali. Memang kebanyakan santri putri akan seperti itu ketika mandi. Menyanyi  layaknya sedang konser di panggung indosiar.

Diva hanya mengikuti adab - adab ketika di kamar mandi. Ya, salah satu nya itu. Tidak berbicara dengan keras apalagi sampai bernyanyi.

"Ya sudah saya duluan " pamit Diva yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh santri tadi.

****
Aira memperhatikan gerak - gerik Diva sedari tadi. Dari mulai membaca, menyetrika, sampai sekarang sedang dalam posisi rebahan pun masih Aira perhatikan. Rasanya ada yang berbeda dengan Diva.

"Div, lo kenapa sih" tanya Aira akhirnya.

Diva menoleh, "emang aku kenapa Ra?" tanyanya balik.

"Ya, gak papa sih. Kayak beda aja. Gak kayak biasanya. Lo biasanya kalo gue perhatiin risih, kok ini dari tadi udah gue perhatiin lo biasa - biasa aja" terang Aira.

Diva menolehkan kepala ke kiri. Tidak melihat ke arah Aira lagi.

"Jangankan kamu, aku aja gak tau sama diri aku sendiri " batin Diva.

" Enggak papa. Lagi males aja. Mungkin bentar lagi mau dapet kayak nya" Diva mencari alasan.

Aira hanya mengangguk cuek.

"Eh Div, lo gak penasaran sama bingkisan tadi? "

" Kenapa harus bahas ini lagi? " batin Diva tanpa sadar.

" Em, emang kenapa sama bingkisan tadi?"

"Nih ya, gue tu minta khimar sama gus Fahmi. Lah ini kok malah gus Ali ya yang ngasih. Kan aneh aja" itulah yang sedari tadi Aira fikirkan. Ada yang aneh dengan kejadian ini.

"Ya mana aku tau Ra. Kan kamu yang dapet bingkisan" balas Diva dengan nada ketus. Aira menoleh. Bingung dengan Diva yang tiba - tiba nada suaranya berubah menjadi ketus.

"Lo kenapa sih Div? Gue kan cuma nanya. Santai aja dong" Aira malah ngegas.

Dia menarik diri, bangkit dan meninggalkan Aira. Dirinya butuh tenang. Ada sesuatu yang aneh dalam hatinya.

Menggapai Cinta Sang Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang