Selalu begitu. Kenapa menganggapku sebagai huruf nun mati diantara huruf idghom bilaghunnah yang terlihat namun tak dianggap? Kenapa bukan seperti huruf idzhar saja yang selalu terang dan jelas?
*****
Saat sudah sampai di asrama, jam menunjukkan pukul 21.45 wib. Dan entah kenapa, mata Aira sudah lengket ingin segera menuju bantal dan tidur. Akhirnya Aira tidur, tanpa mempedulikan satu kewajiban yang belum di kerjakan sebagai seorang muslim. Sholat isya.
****
Pukul 4 dini hari tiba - tiba mata Aira terbuka. Entah, rasanya seperti ada yang membangunkannya. Aira menarik diri, duduk sambil melihat sekeliling. Masih molor semua, batinnya.Bingung untuk berbuat apa, Aira memutuskan untuk kembali tidur. Tapi baru sampai di posisi rebahan, Aira melotot. Baru menyadari kalau dirinya belum sholat isya. Dengan cepat Aira menuju kamar mandi dan wudhu.
Saat sudah siap memakai mukena, Aira bingung akan melaksanakan sholat dimana. Kalo di asrama, nanti mereka yang tidur pada bangun. Terlebih Diva. Seringkali terbangun pabila terdengar suara kasak - kutuk. Kalo di mushola, pasti ada yang tidur di sana. Bukannya apa, malu dong kalo ketahuan belum sholat.
Sebenarnya bisa saja Aira tidak sholat dan meninggalkan kewajiban. Tapi untuk saat ini, hatinya sangat ingin melaksanakan sholat yang hampir di tinggalkan ini. Mengambil keputusan, Aira berjalan dengan perlahan menuju masjid.
Baru sampai di teras masjid, Aira melihat seseorang berdiri tak jauh darinya dengan posisi membelakanginya. Dari postur tubuhnya Aira seperti mengenalnya. Tapi karena kondisi malam ditambah masih sangat sepi, bulu kuduk Aira mulai berdiri. Namun, bukan Aira namanya kalau tidak berani. Dengan perlahan Aira berjalan menghampirinya.
"Setan bukan?! " ucap Aira saat sudah dekat. Ternyata kalo dari dekat wangi. Eh, masa iya setan pakai wewangian?
" Woy jawab! Gak pernah sekolah ye makanya gak jawab?!! " Aira sebal karena dikacangin.
Orang itu membalikkan badan.
" Sedang apa kamu disini" tanya orang itu setelah berbalik. Aira kaget? Woah iya. Ternyata itu bukan setan melainkan gus Fahmi cuy. Wah, rezeki nomplok pagi - pagi udah ketemu gus Fahmi.
"Emh, anu... mau.. " Aira berfikir keras. Bingung harus menjawab apa. Tambah malu dong kalo jawab mau sholat isya. Apalagi ini gus Fahmi. Duh, bisa di pecat dari list calon istri ini.
" Gus Fahmi sendiri ngapain? " tanya Aira balik tanpa menjawab pertanyaan gus Fahmi.
" Saya mau sholat isya. " jawab gus Fahmi lirih. Seperti ada nada menyesal di dalamnya.
Mata Aira terbelalak," belum sholat isya gus Fahmi? "
Gus Fahmi menggeleng," belum. Saya khilaf. Lupa sholat tadi malam. Kamu, ngapain disini jam segini? "
" Em, mau sholat isya juga" jawab Aira malu - malu.
Gus Fahmi mendesah dan berjalan menuju dalam masjid. Aira mengikuti. Saat gus Fahmi akan sholat, gus Fahmi menoleh. "Kamu ngapain?"
"Mau jadi makmum gus Fahmi lah" jawab Aira polos.
"Eh? "
" Iya. Kan lebih banyak pahala orang jamaah dari pada sendiri. Iya kan? "
Gus Fahmi mengangguk.
"Memang benar. Tapi jika berjamaah hanya dengan satu makmum dan makmum itu adalah perempuan yang bukan mahromnya, hukumnya makruh"
"Jadi lebih baik kamu sholat di mushola putri atau di asrama saja ya. Disini juga hanya ada kita berdua. Takut menjadi perbincangan yang nggak enak kalau ada yang melihat" jelasnya tanpa dengan nada tinggi sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cinta Sang Gus [END]
Genç KurguJika laki - laki yang baik untuk wanita yang baik, boleh tidak jika dirinya yang jauh dari kata baik ini mendapatkan seorang laki - laki yang baik nan sholeh? Annansya Aira. Gadis cantik yang harus masuk pada tempat dimana orang - orang menyebutnya...