20. Bingkisan

3.6K 337 0
                                    

"Kamu ada masalah apa sama kamar khodijah?"

Aira menjawab santai, "gak ada masalah apa - apa"

"Aku denger kamu kemarin ribut sama Zahra"

Aira mendengus," peduli lo sama omongan orang? "

Dia menghela nafas," yaiyalah"

"Gak ada masalah apa - apa sih kalo menurut gue. Mereka orang aja yang munafik" ungkap Aira emosi mengingat kejadian tempo lalu.

"Munafik? " beo Diva.

Aira mengangguk," mereka itu selalu bersikap baik dan gak neko - neko cuma pingin ngambil perhatian para pengurus doang. Setelah tau kalo kita bisa dapetin itu, mereka gak terima"

"Gue sih sebenernya bodok amat. Itu urusan mereka, bukan urusan gue. Tapi nama gue, dan kita satu asrama di jelekin sama mereka. Gue gak terima" Aira mengepalkan tangan.

"Gue juga cuma negor mereka doang, tapi si Zahra itu malah narik jilbab gue. Lo kan tau, gue gak akan berbuat gitu kalo gak ada yang mulai duluan"
Diva mengangguk. Itu benar. Aira ini baik, hanya saja, sedikit sulit diatur. Itulah nilai kurang yang dimiliki Aira.

"Apa gue salah?" tanya Aira menoleh pada Diva.

Diva tersenyum, "enggak. Kamu gak salah. Niat kamu baik. Bela kita satu asrama. Cuma, kalo di perlakuin gak baik sama orang, lebih bagus lagi gak usah bales. Selesain baik - baik" Diva bangkit. Berjalan menuju tempat wudhu karena terdengar adzan dzuhur.

"Kenapa? " tanya Aira agak keras karena Diva sudah berjalan sampai pintu.

"Kalo kita bales, gak ada bedanya dong, kita dengan orang tersebut" Balas Diva.

Aira termenung.

****
"Aira ikut ke dapur bantu masak yuk" ajak mba Gina saat Aira sedang rebahan santuy di asrama sendirian. Dirinya sedang halangan. Untuk itu tidak pergi ke mushola.

"Ha? Apa? " tanya Aira tidak terlalu mendengar apa yang mba Gina ucapkan. Karena mba Gina tadi langsung masuk tanpa mengucap salam.

" Ayo ikut ke dapur bantu masak" ulang mba Gina.

Aira meringis. Mendengar kata dapur membuatnya harus teringat bagaimana bodohnya dia ketika dulu harus masak air.

_Flashback_
Aira memandang bingung air yang meletup - letup di dalam panci. Dirinya saat ini sedang berada di dapur ingin membuat teh hangat.

"Itu airnya kenapa? " tanyanya pada diri sendiri.

" Masa iya air mendidih bentukan nya begini? " bingung, akhirnya Aira membiarkan saja air itu hingga beberapa menit dan meninggalkannya sebentar untuk buang air kecil. Begitu kembali, Aira di kejutkan dengan menghilangnya air yang ia rebus.

" Loh, ini air gue ilang kemana? Apa panci nya bolong? Eh tapi tadi perasaan enggak. Atau... " Aira mematikan kompor dan berjalan menuju asrama.

" Diana, lo nyolong air yang lagi gue rebus ya" tanya Aira sekaligus menuduh pada Diana yang sedang lalaran nadhom di asrama.

"Air? " tanya Diana bingung.

" Iya. Air yang tadi gue rebus di dapur. Halah, ngaku lo! "

" Enggak mba. Dari tadi aku di sini. " jawab Diana jujur.

"Kalo bukan lo, terus siapa yang nyolong air gue?"

"Emang tadi mba habis ngapain kok bisa ngira kalo air nya di ambil orang? "

" Gue tadi liat air nya itu meletup - letup gitu. Karena gue bingung itu air kenapa, yaudah gue tinggal ke kamar mandi sebentar. Giliran gue balik, air nya ilang" cerita Aira polos.

Menggapai Cinta Sang Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang