÷÷÷÷÷
Alarm di kamar Zahin berbunyi, dia segera pergi ke kamar Robin padahal ia belum cuci muka ataupun gosok gigi tapi dia harus menjalankan tugasnya.
Zahin sudah diberi tau jika alarm di kamarnya berbunyi berarti Robin membutuhkan sesuatu.
Maka dari itu ia langsung ke sana, dan dia melihat Robin sedang tiduran sambil memencet tombol yang digunakan untuk membuat suara alarm di kamarnya.
"Iya kenapa tuan muda?" Tanya Zahin saat sudah sampai di kamar itu.
Ia sedikit terkejut saat tau kamar ini adalah milik Robin, Zahin pernah kesini saat di kejar kucing. Dan dia tanpa sengaja menjatuhkan benda pipih, yang ia sendiri tak tau apa namanya.
Zahin mengigit bibir bawahnya cemas sambil melihat benda yang dirusaknya, namun terlihat seperti tak kenapa-napa. Ia menghela nafas lega, semoga saja manusia di depannya ini tak mempermasalahkannya.
Robin yang paham situasi segera pura-pura batuk supaya Zahin kembali fokus kepadanya. Ia tak ada niatan untuk memarahi Zahin karena benda yang jatuh itu. Ada hal lain yang ingin dia lakukan.
"Ah iya ada apa tuan?" tanya Zahin sekali lagi.
"Tolong bukain gordennya," perintah Robin.
Dan Zahin segara menuruti apa yang dikatakan majikannya, sebenarnya ia merasa aneh karena hanya untuk membuka gorden saja ia harus menyuruhnya. Dia memiliki tangan dan kaki, dan sepertinya kedua anggota tubuh itu berkerja dengan baik.
Saat sudah sampai di depan gorden, Zahin terdiam. Bingung bagaimana cara melakukannya, apakah harus ke atas, ke bawah, ke samping kanan atau kiri.
"Eum ini ditarik ke atas, bawah, kanan atau kiri?" tanya Zahin kepada Robin.
"Kanan," jawab Robin yang sambil memperhatikan pergerakan Zahin.
Zahin mengikuti perintahnya ia mendorong gorden itu ke kanan hingga cahaya matahari masuk ke dalam kamar ini.
"Ish... silau banget, tutup lagi!" Perintah Robin lagi.
Zahin segara menutup gorden itu, jangan berharap jika gorden itu kecil. Nyatanya gorden itu lumayan panjang sampai Zahin harus berlari untuk menutupnya.
"Tapi jadi gelap ya? Buka lagi deh," ujar Robin tanpa perasaan.
"Tap-"
"Lakuin atau pecat?" ancam Robin membuat Zahin segara melakukan apa yang ia perintahkan.
Saat Zahin sedang menutup gorden, Robin hanya bisa menahan tawanya. Ia senang bisa mengerjai gadis itu, dia akan terus melakukan ini hingga ia menyerah dan memutuskan untuk pergi.
Mobil yang dijalankan terus menerus pasti akan kehabisan bensin, begitupula Zahin yang akan terus dibuat kelelahan hingga akhirnya pergi dengan sendirinya.
"Kenapa gordennya di kanan, pindah ke kiri!" perintah Robin lagi dan lagi.
"Tap-"
"Pec-"
"IYA BAIK!" seru Zahin sambil menarik gorden itu ke kiri.
"Ga usah teriak, gue nggak budek," kata Robin memperingati.
Zahin menatap Robin dengan senyuman. "Iya... baik... " Kata Zahin dengan lemah lembut.
"Terlalu pelan, gue nggak denger," komentar Robin.
Zahin mengentikan aktivitasnya, ia menghadap Robin. "Iya baik," jawab Zahin.
"Terus kenapa berhenti? lanjutin!" tukas Robin.
"I-"
Zahin tak jadi menjawab Robin ia membekap mulutnya sendiri. Tak mau ribet seperti tadi, keras salah, pelan salah, pas-pasan tetap diomelin.
Ia memilih melakukan tugasnya, yaitu menarik gorden ke samping kiri. Narik gorden aja menghabiskan waktu bermenit-menit. Gimana kerjaan yang lainnya. Zahin harus nyetok rasa sabar sebanyak-banyaknya.
Zahin berniat pergi dari kamar Robin setelah drama menutup gorden yang cukup menguras energinya.
"Mau kemana?" tanya Robin yang sadar jika Zahin sudah ada di pintu.
"Pergi," jawab Zahin.
Robin bangun dari tidurnya, ia menghampiri Zahin yang terlihat sudah ketakutan, padahal Robin tak melakukan apa-apa.
"Sopan banget jawabnya, tuan mudanya mana?" tanya Robin sambil mengambil laptopnya.
Robin sebenarnya merasa sedikit aneh saat dipanggil 'tuan muda', biasanya orang di sini memanggilnya 'Den'. Tapi Robin menyukai panggilan barunya.
Lebih suka lagi jika hanya memanggilnya dengan nama saja. Tapi mereka tak akan berani melakukannya walaupun Robin yang memerintah, jangan lupakan kejadian Minah.
Zahin tersenyum canggung. "Aku mau pergi tuan muda," katanya lalu memegang kenop pintu.
Bahkan kata 'aku' juga terdengar aneh di telinga Robin, biasanya pembantu akan menggunakan kata 'saya' agar terasa lebih formal.
Dia sudah sangat jarang mendengar kata 'aku'. Orang sekarang lebih sering menggunakan kata 'gue' atau 'gua' begitupula dengan dirinya. Pengurusnya kali ini memang sangat berbeda, dan Robin harus menyiapkan berbagai strategi untuk membuatnya angkat kaki dari rumah ini.
"Kalo mau pergi izin dulu."
Zahin terdiam mendengar penuturan Robin, ia menatap Robin yang sedang bercengkrama dengan laptopnya.
"Ehm, aku izin pergi dulu tuan muda," tutur Zahin sambil membungkukkan tubuhnya dengan sopan.
"Nggak.boleh," jawab Robin sambil menatap Zahin.
"Ke-"
"Kalo gue bilang nggak boleh ya nggak boleh, nggak usah protes!" sifat ketus Robin kembali lagi.
"Baik," jawab Zahin lalu Robin menatapnya tajam, membuat Zahin memikirkan perkatannya. "Oh, b-baik tu-tuan muda," kata Zahin memperbaiki ucapannya tadi.
YOU ARE READING
Zahin to Robin | III
Teen FictionBagaimana jika cowok berumur 17 tahun memiliki baby sitter? Dan baby sitter itu ternyata seusia majikannya? Apa yang akan terjadi? ***** (Sebelum baca follow dulu) Semoga kalian suka cerita ketigaku' #1 in mewah 19 Nov 2021 #1 in pengasuh 23 Feb 202...