BAGIAN 13

1.3K 107 136
                                    

~|•|~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~|•|~

Robin dan Zahin sama-sama melihat ke sumber suara, tepat di depan pintu terdapat tumpukan manusia yang sudah seperti roti lapis.

Rivan berada paling bawah, disusul dengan Mesa, dan Garlien berada di paling atas. Mereka jatuh ke lantai gara-gara menguping pembicaraan Robin dan Zahin. Karma di bayar tunai.

Mereka langsung berdiri dan membenarkan pakaian mereka—bersikap seolah tak melakukan hal yang memalukan.

"Sakit bego."

"Sakit tulul."

"Sakit goblok."

Umpat mereka secara bergantian dengan nada pelan supaya Zahin dan Robin tidak mendengarnya. Mereka merasa martabatnya sedikit hancur.

"Kalian ngapain?" tanya Robin dengan dahi yang berkerut.

"Ehm!" Rivan menetralisir rasa malunya. "Ngintipin lo sama tuh ... " kata Rivan sambil menggerakkan dagunya ke arah Zahin.

Mesa memicingkan matanya. "Robin diam-diam menghanyutkan ternyata," Mesa mengangkat kedua tangan dan jari-jarinya digerakkan—seperti orang yang pamer cincin.

"Fakta no mitos!" pekik Garlien.

"Otaknya yang lurus."

"Jelas aja Hood betah. Ada yang bening-bening di rumah, eh bukan rumah lagi tapi di kamar. Kamar loh, KA-MAR!" cerocos Rivan dengan semangat.

"Bin, lo tadi suruh tuh cewek ganti baju? Robin tidak sepolos itu permisah," ucap Garlien dengan nada julid.

"Bin, lo nyuruh cewek ganti baju? Robin tidak seperti dulu lagi permisah," ucap Mesa tak kalah julid dari Garlien.

Rivan menatap Mesa dan Garlien secara bergantian, kemudian dia bersiap untuk menimpalinya. "Bin, lo-"

Perkataannya terhenti saat Robin membekap mulutnya sambil mendorong Rivan, Garlien dan Mesa pergi dari kamarnya.

"Sekarang keluar!" seru Robin sambil menggiring ketiga temannya untuk pergi dari sini.

"Tobat kawan masih siang!" jerit Rivan.

"Siang aja gini, apalagi malem? Bin tolong jelaskan!" seru Garlien.

"Mau ngapain kalian berduaan di kamar?!" teriak Mesa.

Brakh!

Robin menutup pintu kamarnya dengan keras, tak lupa menguncinya. Kemudian dia kembali menatap Zahin yang kebingungan, terlihat jelas di dahinya yang bergelombang.

"Sorr-" Robin segera menggelengkan kepalanya, ia yakin Zahin tak akan mengerti bahasa luar. "Maaf, temen gue agak," jelas Robin.

Dia bisa melihat Zahin sudah membuka mulutnya. Robin yakin ia ingin bertanya apa yang dimaksud dengan 'agak'.

Zahin to Robin | IIIWhere stories live. Discover now