BAGIAN 38

559 53 18
                                    

÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷

Sedikit demi sedikit cahaya matahari masuk ke dalam indra penglihatannya. Ia melihat ke kanan kiri, otaknya langsung sadar jika Robin tak ada di sampingnya.

Padahal ia berniat untuk tidak tidur, ia ingin menghabiskan waktu bersama Robin. Sayangnya matanya tak kuat untuk terus terjaga.

Dengan kantuk yang hilang seketika, Zahin berjalan cepat untuk mencari Robin. Tepat saat dia keluar, Robin sedang berjongkok membelakanginya.

Kepalanya menghadap ke atas, kenapa akhir-akhir ini air matanya selalu ingin pergi dari kediamannya. Zahin mengipas wajahnya dengan tangan, memaksa air di matanya tetap tinggal.

Setelah dirasa siap, ia berjalan dengan senyuman. Berjongkok di belakang Robin, lalu memeluknya. Menenggelamkan wajahnya di punggung Robin.

Awalnya lelaki itu terkejut, namun tak lama ia membiarkan. Dia justru mengeratkan tangan Zahin di perutnya.

"Manjanya awet ya."

Zahin menyembulkan kepalanya. "Kangen."

"Ck ck ck, gue aja belum pergi masa udah kangen,"

Robin ingin menghadap ke belakang. Tapi ia sedang melepas rindu kepada dua anaknya, Mea-Meo. Ia sedang melihat kucingnya makan. Walaupun Meo memilih membawa makanannya ke kandang. Mungkin untuk teman tidur, kucing abunya mirip dengan tuannya. Anak rumahan.

"Pas tidur kan nggak ketemu, Robin sih nggak mampir ke mimpi aku." Bibir Zahin sudah maju beberapa senti.

Robin nggak kuat. Zahin terlalu menggemaskan daripada rasa rindunya pada kucing oren-abunya.

Dia membalikkan tubuhnya, namun belum seratus persen berbalik jeritan Zahin terdengar.

"AAAA!!!!"

Gadis itu melihat kucing orennya. Dia sudah lari tunggang langgang dengan kedua tangan di atas. Belum lagi mulutnya yang terus mengeluarkan suara teriakan.

"Meo stop!" teriak Robin, tak tega melihat Zahin ketakutan.

Padahal yang Zahin lihat adalah Mea, tapi yang mengejarnya justru Meo. Kucing abu-abu itu memang sangat menyukai sesama jenis. Berbeda dengan kucing oren yang terkejut dengan teriakan Zahin namun dalam sekejap kembali sibuk makan.

Kedua kucingnya memang habis check up rutin. Dan baru kembali tadi pagi, sepertinya mereka menginap dan bermain di sana gara-gara Robin tak ada di rumah. Pasti tak ada yang mengajaknya bermain, kucing juga butuh perhatian dan bisa bosan.

Mau tak mau Robin mengejar dua makhluk berbeda, manusia dan kucing. Zahin merasa aman saat dirinya berada di atas sofa.

Otaknya mengatakan jika kucing takut dengan macan, dia bersiap berakting menjadi hewan karnivora itu.

Zahin to Robin | IIIWhere stories live. Discover now