Zahin to Robin | III

BAGIAN 33

***

Tadinya mereka ada di cafe, namun Robin sudah tidak tahan lagi. Tidak tahan dengan kelakuan Rivan dan kehomoannya, juga tak tahan jika Zahin bersama Mesa.

Entah apa yang akan Mesa tunjukkan dan katakan pada Zahin.

"Lo cowok bukan? peganginnya yang bener!"

Saat ini, Robin sedang menaiki tangga dan Rivan memegangnya dari bawah. Tapi tangga ini masih saja bergoyang, karena Rivan setengah hati dalam melakukan pekerjaannya.

"Aku capek, kalo pegangin hati kamu baru nggak ada capeknya."

Robin menengok ke bawah. "Bisu ga lo! gue kasih air liur nih."

"Aw, air liur cinta," katanya berlagak manis.

Robin yang sudah muak, benar-benar meluncurkan air berbuih dari mulutnya. Namun tidak mengenai Rivan, laki-laki itu berhasil menghindar.

"Dasar biadab!"

Robin sudah menahan tawanya. "Aw, air liur cintanya tidak tepat sasaran," balasnya meniru nada perkataan Rivan.

"Tapi panah cintamu tepat ke hati ku kok." Tawa Robin sirna begitu saja saat mendengar kalimat Rivan.

Dia menghadap ke atas, lalu menghela nafasnya. "Udah becandanya kek," pinta Robin pasrah.

Ia kembali naik ke atas, sedikit lagi sampai ke jendela yang ternyata sudah terbuka. Pantas saja semalam dingin.

"Cintaku kau anggap candaan? sakit hatiku... " Rivan memegang dadanya, mendramatisir perkataannya. Sedangkan Robin tetap menaiki tangga, mencoba untuk tidak mendengar ucapan sahabat gilanya itu.

"WEH ITU HOOD NGAPAIN KE SINI?!" teriak Garlien yang pertama kali menyadari kedatangan Robin. Padahal dia udah sembunyi di balik gorden, gordennya ternyata transparan tapi.

Dia keluar dari tempat persembunyiannya. Robin sudah tidak memperdulikan Rivan yang meminta bantuan.

"Nemuin pacar gue," katanya bangga.

Zahin langsung mencari sumber suara. Suara yang sangat familiar ditelinganya.

Mata Robin terbelalak melihat wajah Zahin yang memakai make-up, belum lagi rambutnya yang di kuncir dua.