BAGIAN 18

1K 120 96
                                    

÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷

Ting ting ting!!!

Ting ting ting ting ting!!!!!

Robin mengintip di balik selimut, melihat apakah Zahin sudah ada di sini atau belum. Nyatanya dari tadi tak ada tanda-tanda jika gadis itu akan kesini, pintu masih tertutup rapat dan tak ada bunyi langkah kaki.

Memang Zahin sang menguji mental, Robin bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan menggunakan hoverboard, mengecek apa yang dilakukan pengasuhnya pada jam enam. Bisa-bisanya dia tidak ke kamarnya saat matahari sudah menampakkan diri. Lihat saja akibatnya nanti.

Saat sampai di kamar, dia tak melihat Zahin. Kemana sebenarnya pengasuhnya berada, Robin kelaparan.

Tepat saat ia keluar dia melihat Tina sedang mengepel lantai. Namun dengan seenak jidat Robin menginjak lantai yang sudah di pel.

"Zahin mana?" tanya Robin saat sudah sampai di depan sang gadis.

"Bu-kannya Zahin sudah dipecat Den Robin," jawab Tina dengan hati-hati. Ia takut salah bicara, majikannya ini galak dan suka marah-marah.

Robin melupakan fakta itu, fakta dimana Zahin sudah tak ada di sini dan fakta dimana Robin telah memecatnya.

Padahal sudah sepekan lebih Zahin pergi, namun Robin sering melupakannya. Mungkin kehadirannya terlalu membekas di otak Robin sehingga ia kadang merasa jika Zahin masih ada di sini.

Padahal dia yang menginginkan Zahin pergi. Tapi saat dia benar-benar pergi, Robin merasa kosong. Ia mungkin merasa kehilangan.

Robin meninggalkan pembantu itu, ia akan pergi ke kamarnya. Dia harus bisa mandiri, gara-gara terlalu sering diurus, sampai-sampai Robin susah mengurus dirinya sendiri.

 Dia harus bisa mandiri, gara-gara terlalu sering diurus, sampai-sampai Robin susah mengurus dirinya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Persis di samping kamar Robin, terdapat dapur kecil. Dia akan memasak telur mata sapi. Robin menaruh teflon di atas kompor listrik, ia melupakan telur. Dengan segera Robin beranjak ke kulkas.

Saat Robin membuka kulkas tiba-tiba saja teflon itu jatuh. Pasti dia tidak menaruhnya tepat di tengah-tengah, belum lagi minyak yang tumpah di lantai.

Dia menghembuskan nafasnya hingga rambut yang ada di dahinya ikut terbang ke atas. Laki-laki itu mengambil telfon dan membiarkan minyaknya. Ia malas membersihkan cairan berwarna kuning itu.

Zahin to Robin | IIIWhere stories live. Discover now