BAGIAN 44

82 26 24
                                    

Vote komen dong, mau tau manusia mana yang masih nungguin cerita yang udah berbulan-bulan ga update ini:vPasti aku balas komennya>3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote komen dong, mau tau manusia mana yang masih nungguin cerita yang udah berbulan-bulan ga update ini:v
Pasti aku balas komennya>3

Note: 2300 lebih kata, cari tempat yang nyaman buat baca yaa...

÷÷÷÷

Datangnya Robin bagai mimpi yang telah usai. Sekarang ia telah terbangun, dan momen indah dalam mimpi itu hanya akan menjadi kenangan. Kenangan yang hanya bisa Zahin rasakan, kenangan yang tak akan pernah bisa diulang.

Tuhan sepertinya menyukai Robin lebih besar daripada Zahin. Dalam sekejap mengambil seseorang yang mungkin ada beberapa bagi-Nya, tapi bagi ia adalah satu-satunya.

Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu Robin. Malas rasanya ia membuka mata dan manatap realita. Bibirnya menyungging senyum begitu saja, Robin adalah hal termudah yang membuatnya bahagia.

Walau begitu ia tak bisa terus terlelap, ada tanggung jawab yang menghadap. Beberapa tahun telah lewat sejak insiden bandara itu. Sekarang Zahin bekerja di sebuah perusahaan komik, pusatnya ada Jepang. Tapi ia memilih bekerja di cabangnya saja, tak jauh pula dari kediamannya.

Dengan penghasilan yang didapat, Zahin sudah memiliki rumah yang lebih layak huni. Berada di dekat rumah Garlien dan Mesa. Garlien juga sudah menikah, sedangkan Mesa masih putus nyambung dengan Rivan-seperti biasa.

Dia sendiri tinggal bersama ibunya, sedangkan pamannya telah berada di jeruji besi-ia kertanggap basah melakukan judi. Kehidupan Zahin sudah stabil, sangat cocok untuk hanya malanjutakan hidup, sebelum di panggil oleh-Nya.

Dengan mata sipit khas bangun tidur, Zahin memeluk kotak persegi panjang di atas ranjangnya. Dia mencium berkali-kali benda itu.

Kemudian ia duduk dan bersandar pada punggung kasurnya. Zahin mengambil kotak persegi panjang berwarna coklat yang tadi diciumnya. Dia selalu memeluk kotak itu bagai boneka dalam setiap tidurnya.

Di dalam kotak itu terdapat surat. Ia sampai lupa, sudah berapa kali ia membaca sepucuk surat dari Robin. Ben yang memberikannya setelah pulang dari bandara. Mengatakan jika Robin memberikannya sebelum pergi.

Tepatnya, pergi yang tak akan pernah kembali.

Tangan kembali merasa bergetar, entah sampai kapan ia terus begini. Matanya yang memupuk banyak genangan air, membuat pandangannya terasa sedikit buram.

To: Pacarku yang paling manja, Zahin

Tes...

Air yang menyebalkan itu jatuh di atas kertas putih miliknya. Padahal susah payah Zahin tak membiarkan sungai kembar itu terjun, runtuh hanya karna tulisan awal Robin.

Pada baris pertama saja sudah bisa membuat pelupuk matanya memupuk banyak sekali cairan bening. Seolah air yang lama dipendam meminta eksistensinya di wajah Zahin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Zahin to Robin | IIIWhere stories live. Discover now