Pilihan Akhir

611 34 5
                                    

"Hati-hati hancur karena ambisimu sendiri,"

- Giyuu Tomioka

.

.

.

.

.

Seminggu semenjak kebakaran sekolah, sebagian gedung mengalami kerusakan yang cukup berat. Banyak fasilitas yang rusak, namun untung saja arsip-arsip dan dokumen penting tak ikut terbakar.

Sanemi, Uzui dan Rengoku melakukan pencarian pelaku, juga Kanao yang tak diketahui ada dimana. Tanjirou masih menunggu informasi terbaru soal kekasihnya, ia tak bisa ikut mencari karena dilarang oleh pihak sekolah.

Terakhir kali ia dengar suara gadis itu, dia terlihat susah payah mengucapkan keberadaannya dan Tanjirou yang hendak berlari ke tempat itu harus terhenti karena ledakan di dekat ruang kendali listrik. Melihat api yang mulai menjalar dan membakar jalan di depannya membuat ia berputar mencari jalan lain dan hasilnya ia terlambat sampai.

"Jika saja waktu itu aku menerobos masuk, mungkin hari ini Kanao ada disini menemaniku dan yang lainnya. Jika saja aku tak banyak berfikir waktu itu arghhh!!!" ucap Tanjirou frustasi.

Tanjirou mengusak surainya kasar, pemuda itu sangat-sangat kesal dengan dirinya yang berulang kali gagal menjadi pacar yang baik untuk Kanao. Ia juga kesal dengan semesta yang selalu berusaha membuatnya menjadi pecundang di cerita gadis baik seperti Kanao.

"Tenanglah Tanjirou, hari ini pihak sekolah memutuskan menutup kasus ini. Mereka akan bernegosiasi dan memutuskan penyelesaiannya. Kanao pasti dikembalikan,"

Berita mengenai sengketa tanah sekolah menyebar cepat dengan isu-isu terdahulu mengenai hubungan Muzan-Kagaya yang retak dan hal-hal tak menyenangkan lainnya. Hampir semua siswa tahu, bahkan penduduk sekitar pun tahu.

Pandangan dan stigma buruk masyarakat menjadi bayang-bayang bagi SMA Kimetsu, akreditasi sekolah menjadi taruhan. Walaupun begitu, pihak sekolah sudah melakukan konferensi pers dan meluruskan berita yang salah.

Zenitsu tahu semua itu, karena ia selalu update berita terbaru dari Uzui-sensei dan Mitsuri-sensei. Ia bersyukur karena kedua guru itu mau menceritakan semuanya.

Tanjirou menggeram kesal, ia benar-benar ingin mengutuk Muzan menjadi batu.

"Ngejadiin Kanao buat barang negosiasi? Astaga!! Harga nyawa sama harga sekolah emang sebanding ya? Muzan sialan!!"

Kelakuan Muzan sangatlah keterlaluan, hilangnya Kanao memang sudah direncanakan untuk dijadikan barang negosiasi. Dengan begitu, Kagaya tak akan memperbaiki sekolah dan pergi mencari tempat baru untuk membangun sekolahnya. Mungkin seperti itulah rencananya

"Mau semarah dan sekesal apapun kau, dunia orang dewasa bukanlah ranah kita. Percayakan saja pada mereka,"

***

Pukul 14.00

Suasana ruangan begitu berat, dengan kehadiran Muzan dan Kokushibou di belakangnya juga seorang gadis yang tengah tertunduk lesu berjalan diantara mereka. Helaan nafas Sanemi terdengar jelas ketika Kanao muncul dalam keadaan kurang baik.

Muzan lantas duduk di kursinya, ia memberi isyarat pada kokushibou untuk membawa kanao ke sisinya.

"Jadi Kagaya-san, apa yang kau pilih?" tanya Muzan dengan antusias

Wajah pucat dan dinginnya itu memamerkan senyum tipis yang jarang ia tunjukkan.

Kagaya menghela nafas pelan, senyum dibibirnya tak pernah luntur sekalipun. Ia meniliti gadis yang berdiri di samping sahabat lamanya. Wajah gadis itu tampak pucat, kantung matanya cukup tebal dan terdapat jejak air mata.

For my Dear || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang