"Tak ada yang menyenangkan dari bertambahnya usia, semakin dewasa umur seseorang semakin besar tanggung jawab yang akan dia emban,"
.
.
.
.
.
"Akh...ittai yo sensei," lirih Giyuu
Kanae tersenyum kecil seraya melanjutkan kembali aktivitasnya mengobati luka Giyuu. Tak ada yang bicara diantara keduanya, Akaza yang sudah diobati duluan pun tak beranjak pergi karena tak ingin menemui Sanemi seorang diri.
"Aku merindukan nee-san," lirih Giyuu
Dalam pandangannya, Giyuu tak sengaja melihat sosok mendiang kakaknya tengah mengobati luka memar di wajahnya. Usapan lembut dari kapas yang sudah diberi cairan antiseptik membawa sensasi perih dan dingin bersamaan. Giyuu tak sengaja melihatnya, mendiang sang kakak yang tersenyum saat mengobatinya.
Kanae yang tak sengaja mendengarnya ikut terhenyak, jemarinya yang tengah mengusap luka Giyuu ikut terhenti karena ia cukup terkejut. Pertama kalinya Kanae melihat Giyuu bersedih di balik wajah datarnya.
Giyuu sadar, lirihannya terdengar di telinga Kanae. Walau samar terlihat wajah sang kakak, dengan berat hati ia bertanya "Kanae-sensei? Apa sudah selesai?"
"Ara-ara~ gomene...aku tak sengaja melamun. Tinggal sedikit lagi, tunggu ya,"
Rasanya sangat berat untuknya hari ini, entah rindu pada sang kakak atau beban menuju dewasa. Jikalau boleh jujur, Giyuu lebih suka masa kecilnya.
Tak butuh waktu lama, Kanae menyelesaikan tugasnya dan merapikan kembali p3k yang digunakannya. Giyuu segera bangkit dan menghampiri Akaza yang menunggunya. Kedua pemuda itu lantas membungkuk hormat dan beranjak pergi.
***
"To the point aja, kenapa kalian berkelahi?" tanya Sanemi menyambut kedua pemuda yang memasuki ruangannya dengan lesu.
Akaza berdehem pelan sebelum akhirnya berkomentar, "Aku hanya kesal karena Douma pergi ke Ausie buat move on dari Shinobu,"
Sanemi menghela nafas pelan, ditariknya laci meja kerjanya dan menunjukkan berkas Douma. Memang benar, pemuda bermanik pelangi itu menemuinya seminggu yang lalu dengan membawa berkas, pun ia pamit untuk pergi ke Ausie. Douma juga melampirkan surat izinnya selama seminggu untuk perjalanannya.
Jelas tak ada yang salah dengan itu, guru-guru yang lain pun sudah diberi tahu untuk mengisi absennya Douma dengan izin. Memang dasarnya AKAZA yang salah paham, pemuda itu memutus sepihak sambungan telepon saat Douma berkata akan take off ke Ausie.
"Gak ada yang bisa pindah sekolah kalau udah masuk kelas akhir, apalagi semester 2. Data siswa yang bersangkutan udah divalidasi buat kartu ujian nanti. Douma gak pindah sekolah, dia ke Ausie buat ngurus berkas-berkas kuliahnya,"
"Jadi?" Akaza masih memproses ucapan Sanemi.
Pukk!
tap..
tap...
Braakkkk...
KAMU SEDANG MEMBACA
For my Dear || END
Fanfiction~Sekuel Kanao Love Story . . . . . . Siapa yang tahu tentang diriku? Tanjirou bukanlah pemuda yang bisa berterus terang ketika sedang terlibat masalah. Sebisa mungkin pemuda itu menyelesaikan semuanya sendiri. Bergerak, jatuh dan bangkit sendiri. S...