Kesempatan

293 29 1
                                    

"Jangan sia-siakan kesempatan yang hanya datang sekali," - Giyuu Tomioka

.

.

.

.

.

Menyadari ketidaknyamanan Aoi, Inosuke paham. Mungkin sampai disini saja ia akan berhenti mengganggu dan mengusik kehidupan gadis manisnya itu. Disesapnya Dalgona latte untuk yang terakhir sampai tandas. Pemuda itu meletakan cangkir kosong itu dan bangkit.

"Ya udah, kita udahan aja,"

Eh, apa Aoi tak salah dengar? Apa Inosuke benar-benar mencapai batasnya hari ini?

Kedua matanya memanas, melihat punggung kokoh pemuda yang disayangnya beranjak pergi. Hilang dari pandangannya bersamaan dengan air mata yang mengalir deras tanpa ia minta. Hatinya dipenuhi sesak dan sakit, nafasnya sedikit kacau tak beraturan.

"KATAKAN INI MIMPI! SIAPAPUN BANGUNKAN AKU!" batin Aoi frustasi.

 Usapan lembut Nezuko menenangkan gadis itu, sesaat ia menoleh dan tersenyum kecil menatap adik Tanjirou yang duduk disebelahnya.

"Nezuko-chan, yang tadi bercanda kan? Iya kan?" tanya Aoi penuh harap.

Binar matanya membuat Nezuko ragu untuk mengiyakan, hanya saja ini bukan mimpi. Inosuke benar-benar pergi dan mengakhiri hubungannya dengan Aoi setelah menghabiskan Dalgona latte-nya. Bahkan Zenitsu ikut mengejar kepergian Inosuke, jika pemuda itu kembali. Mungkin ia bercanda, tapi nyatanya Inosuke tak kembali.

"Aoi-chan, kau harus tenang dulu ya," ucap Nezuko lembut.

Ah, benar juga. Aku tahu, mungkin ini hukuman untukku  karena menyakiti perasaan Inosuke.

Aoi tertawa pelan, mengasihani dirinya sendiri yang tersakiti. Padahal ia sadar, tindakannya menghindari Inosuke jauh lebih menyakitkan bagi pemuda itu. Pemuda yang tak tahu apa-apa harus terlibat pada hal yang tak seharusnya. 

"Aoi-chan? Kau tak apa?" tanya Nezuko khawatir.

Adik Tanjirou itu khawatir pun merasa sedikit takut karena gadis itu mulai tertawa sambil menyeka sudut matanya yang masih berair. Tak ada yang lebih menyeramkan selain berada di samping gadis yang mengubah tangisnya menjadi tawa hambar.

Nezuko tahu, perasaan Aoi sama hancurnya dengan Inosuke. Hanya saja, ia tak tahu harus ikut andil dalam bagian apa untuk memperbaiki hubungan keduanya. Toh biasanya, mereka sering mengutarakan unek-unek masing-masing dan berakhir dengan keributan kecil. Gadis itu hanya bisa memeluk erat Aoi, sambil memikirkan cara untuk menghiburnya.

"Aoi-chan, jika kau perlu teman cerita aku akan menginap dirumahmu malam ini. Yaa? Bagaimana? Mau kutemani atau mau menginap di rumahku? Makomo-chan pasti senang,"

Aoi menarik nafas panjang, sebelum akhirnya berhenti tertawa. Gadis itu melepas pelukan Nezuko dan menatap lekat manik sahabatnya. 

"Aku tak apa haha, sudahlah tak perlu khawatir. Aku pulang duluan ya, jaa!" 

Untuk hari ini, Aoi meminta pada semesta untuk berhenti bermain-main dengan takdirnya. Gadis itu bangkit setelah pamit, lalu bergegas pulang dengan air mata yang siap tumpah kapan saja. Jika boleh jujur, Aoi tak siap untuk menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tak memiliki hubungan spesial dengan Inosuke lagi.

Tapi sekali lagi, dunia menamparnya.

Kenyataan tak butuh penerimaan, bahkan untuk takdir yang menyenangkan sekalipun.

For my Dear || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang