" Tak apa jika hari ini kau tak bisa merasakannya, karena ku yakin suatu hari nanti kehangatan keluarga dan cinta yang melimpah akan mengisi harimu. Itulah mengapa aku ingin membangun keluarga bersamamu," - Giyuu Tomioka
.
.
.
.
.
Pukul 06.00 pagi
Dengan langkah tergesa, Giyuu menuruni setiap anak tangga dan menuju dapur. Matanya yang masih mengantuk berat tak membuat dirinya kesulitan untuk sampai tempat tujuan. Bunyi alat masak yang saling beradu dan harum masakan yang tercium membuat siapa saja tergugah selera.
Letak dapur dan tangga yang menghubungkan kamar tak diberi pintu ataupun sekat. Siapapun akan langsung bisa melihat pemandangan utama ketika seseorang tengah memasak. Sedikit menyembulkan kepala saja sudah terlihat.
Pemuda datar itu tersenyum kecil mendapati sosok gadis yang ia cintai tengah memasak dibantu adiknya. Tak jauh dari tempat ia berdiri, sudah ada Tanjirou yang duduk di kursi meja makan sambil menopang dagu. Pandangannya begitu fokus pada aktivitas si bungsu.
Tak hanya Giyuu dan Tanjirou saja yang terbangun, para penghuni rumah lainnya pun ikut tergugah dengan harum masakan pagi ini. Shinobu yang tengah memasak semakin senang, gadis itu menyambut Giyuu dan yang lainnya untuk duduk dan menunggu sebentar. Kanao sendiri jadi gugup karena terlalu banyak yang memperhatikan, namun gadis itu tetap membantu kakaknya.
"Kalian sedang masak apa?" Tanya Giyuu, pemuda itu mengambil posisi duduk di sebelah Tanjirou. Pandangannya tak lepas dari mengamati Shinobu
"Harum nya bikin orang tidur langsung kebangun hehehe," sahut Sabitou yang baru selesai cuci muka. Pemuda surai peach ini terkekeh pelan dan duduk di sebelah Giyuu.
Makomo dan Nezuko menganggukan kepalanya, setuju dengan ucapan Sabito bahwa harum masakannya benar-benar mampu membangunkan orang di pagi ini.
"Cuci muka dulu gih, muka bantal gitu mau langsung sarapan?" geram Shinobu kesal, lewat lirikan matanya gadis itu memberi kode untuk segera cuci muka. Namun hal itu hanya dianggap angin lalu oleh Giyuu.
"Ditanya masak apa malah nyuruh cuci muka,"
"Heran aja gitu, muka bantal rambut berantakan mau ikut sarapan? Yang ada nanti pada gak selera~"
"Udah heeii masih pagi, jangan ribut dong. Yuu cuci muka gih sana! Bener-bener gak selera kalo makan sebelah kau,"
Sebenarnya sih, mereka tak keberatan menonton keributan Giyu-Shinobu, hanya saja pagi ini terlalu indah untuk mendengar perdebatan mereka.
Giyuu menghela nafas pendek, ia segera bangkit dan membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Dekat dengan kompor yang sedang digunakan Shinobu memasak. Pemuda datar itu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, sejenak ia perhatikan Shinobu yang masih fokus memasak.
Terbesit sebuah ide jail dibenaknya,
"Anggap saja dengan ini impas ya. Besok-besok jangan suka ngomel-ngomel :p "
Giyuu berdiri di samping Shinobu, pandangannya menelisik mencari kesempatan. Pemuda itu memanggil Shinobu pelan, membuat sang empu nama menoleh. Tentu saja hal itu dimanfaatkan oleh Giyuu, pemuda itu sedikit menundukan wajahnya dan mengecup singkat bibir Shinobu.
Cup
"Kyaaaa..."
"Huwaaa...."
"Woeee...masih pagi ini, sakit mataku liatnya," keluh Sabito, pemuda ini hampir meledak marah, namun segera ditenangkan Makomo.
KAMU SEDANG MEMBACA
For my Dear || END
Fanfiction~Sekuel Kanao Love Story . . . . . . Siapa yang tahu tentang diriku? Tanjirou bukanlah pemuda yang bisa berterus terang ketika sedang terlibat masalah. Sebisa mungkin pemuda itu menyelesaikan semuanya sendiri. Bergerak, jatuh dan bangkit sendiri. S...