Sebuah Alasan

514 40 6
                                    

"Berjuanglah ketika dirimu masih memiliki cita-cita dan mimpi sebelum terjebak  alasan dan zona nyaman yang kau gunakan sebagai pelarian karena kau terlalu awal menyerah,"  

- Giyuu Tomioka

.

.

.

.

.


"MAKOMOO!! NEZUKOO!! KELUAR KALIAN!!"

Ketukan pintu yang terdengar memaksa itu diabaikan oleh Nezuko dan Makomo, walau sesekali terdengar acncaman bahwa Sabito akan mendobrak pintu. Kanao sampai berulang kali meminta izin untuk membuka pintu, tentu saja mereka berdua melarangnya dan tetap melanjutkan permainan.

"Kalian yakin?" tanya Kanao kembali memastikan.

"Iyaa, lanjut aja gapapa!" tukas Nezuko cepat.

Adik Tanjirou itu kembali memulai permainan diikuti Makomo dan Kanao.

**

"HOO!! GAMAU KELUAR YA!!"

"Hoiii!!! Kalian yang dikamar keluar, siapapun buka pintunya!! Kanaooo!! Denger kan?!! Bukain pintunyaaa!! Sabito mau ngomong sama Makomo!!"

Sabito berulang kali menggedor pintu tertutup itu dengan keras sambil berteriak kesal karena diabaikan. Pemuda bersurai peach ini tak kenal lelah, sampai akhirnya kebisingan yang ia perbuat ditegur Giyuu.

Giyuu menghela nafas pelan, sebelum akhirnya benar-benar keluar dari perpustakaan dengan wajah malas. Ia menatap dingin Sabito yang masih berdiri di depan pintu kamar Nezuko.

"Segitunya banget ngegedor pintu kayak orang mau nagih utang. Kesel banget emang ya?"

Sabito memalingkan wajahnya, enggan menanggapi Giyuu. Pemuda dihadapannya bahkan lebih menyebalkan ketimbang adiknya Makomo.

Hening, tak ada yang memulai pembicaraan. Atmosfer yang tak menyenangkan untuk Sabito yang menyukai hangat dan ramainya sebuah percakapan. Pemuda surai peach itu mendongak, beralih menatap Giyuu.

Bugh...

Buku dengan tebal kira-kira 500 halaman yang dilempar Giyuu ditangkap baik oleh Sabito dengan wajah terkejut. Matanya membulat sempurna, membaca sampul utama buku yang berjudul "Kiat-kiat Sukses Ujian"

"Loh? Ini maksudnya apa?" tanya Sabito penasaran.

Giyuu tak menggubris, pemuda itu melangkah mendekati Sabito dan mendorong pundak Sabito menuju ruang santai.

"Shi!! Belajarnya di ruang santai! Bawa bukunya ya!" ucap Giyuu setengah berteriak sambil terus mendorong Sabito dari belakang.

"Jangan dorong-dorong woe!! Ntar kalau jatuh gimana? Terus, aku gamau belajar!! Masi libur ini Giyuu!!" protes Sabito tak terima

Sabito menahan pergerakannya yang di dorong Giyuu dan berbalik menghadap pemuda jangkung di belakangnya. Sorot mata Giyuu begitu dingin dan tajam, membuat sabito mengurungkan niatnya bertanya dan kembali berjalan.

Terdengar derap langkah yang mengikutinya dari belakang dan helaan nafas panjang.

"Yang start duluan akan jadi pemenang!"

"Maksudnya?"

"Berhasil atau enggaknya kita di masa depan, tergantung sama awal yang kita mulai hari ini. Tahap demi tahap, harus susah dulu walau kita bisa aja memilih untuk bersenang-senang. Mikirnya sih masih bisa nanti atau besok, tapi kita gak pernah tau sama apa yang akan terjadi 60 detik kemudian kan?"

For my Dear || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang