Bad Choice

887 62 26
                                    

"One bad chapter doesn't mean end of story"
.
.
.
.
.
.

Inosuke mencengkram kerah kemeja milik Tanjirou, membuat sang empu kesulitan mengatur nafas. Belum lagi badannya yang masih remuk karena dihajar Sanemi, membuat pemuda itu sulit melawan.

Zenitsu yang berusaha melepas cengkraman Inosuke malah terkena pukulan telak di perutnya. Pemuda itu jatuh terkulai di lantai setelah beberapa kali mengeluarkan batuk darah.

Apa yang membuat Inosuke semarah ini?

Bukankah seharusnya sekarang mereka bersiap untuk mengikuti pembukaan acara pameran?

"Apa yang kau lakukan pada Kanao hah? Sudah kutegaskan kemarin, beri dia jawaban bukan harapan!"

Inosuke menggeram marah, ia tak sengaja melihat Kanao duduk di kelas sendiri sambil menangis. Ia sudah menenangkannya dan memberi sapu tangan untuk menghapus air matanya.

Entah apalagi yang terjadi, tapi Inosuke tak bisa memberitahu keberadaan Kanao pada Aoi. Jika ia memberitahunya, mungkin acara pameran nanti akan terbengkalai.

Inosuke tak mau itu terjadi

Sebulan terakhir dirinya menghabiskan waktu di sekolah dan pulang terlambat karena acara itu. Dan hari H-nya berantakan karena urusan pribadi, oh Ayolah jangan bercanda.

"Ap-pa mak..sud.. mu? Hhaaahh"

"Halahh...gak usah pura-pura bego!"

Tanjirou semakin tak mengerti apa yang dibicarakan oleh Inosuke. Pemuda di depannya tetap ngotot dan memaksa ia menjawab pertanyaan yang tak ia pahami.

Tadi ia baru dihajar Sanemi karena dituduh mempermainkan hati adiknya, sekarang dihajar Inosuke karena dituduh membuat Kanao menangis. Padahal ia belum bertemu Kanao sampai detik ini.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Tak kunjung mendapat jawaban dari Tanjirou, Inosuke kembali melayangkan pukulannya. Namun pergerakannya terhenti karena seseorang menahan tangannya.

"Zenitsu/Monitsu!!"

"Sialan!!! Lepaskan tanganku!!" amuk Inosuke.

"Kau itu, jangan memukuli orang tanpa mendengar penjelasannya dulu,"

"Sialan! Ku patahkan tulangmu tau rasa!"

"Ck!! Dengar dulu, jangan main patah-patahin!" decak Zenitsu sebal.

Menghadapi Inosuke harus sabar, sesabar menunggu kabar dari dia yang tiba-tiba hilang ^^

Untung stok sabarnya banyak ya zen :)

Inosuke mendengus sebal, ia menarik pergelangan tangannya yang dicekal dan tersenyum masam.

"Lepasin Tanjirou juga lah babi! Kesian tuh mau kehabisan nafas! Buruan!"

"Urusai!!"

Walaupun masih kesal, Inosuke melepas cengkramannya dan bersedekap dada. Pemuda itu lantas menyandarkan punggungnya di dinding, menunggu penjelasan Zenitsu.

For my Dear || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang