Cerita Lama

369 30 3
                                    

"Apa yang pergi dan tak mungkin kembali? Apa yang hilang dan sulit kau temukan?"

"Jawabannya ada di lubuk hatimu, tanyakan pada dirimu sendiri,"

"Adakah orang yang kau sia-siakan? Atau seseorang yang pernah kau tinggalkan demi orang lain?"

"Terkadang, apa yang sudah lepas dari genggamanmu tak akan sama lagi sekalipun ada kesempatan untukmu menggenggamnya lagi,"

.

.

.

.

.

Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, sepulang sekolah Tanjirou mengajak Kanao pulang bersama untuk membahas cerita lamanya. Iya, cerita yang sudah lama ia tutup.

Di dalam cafe yang pernah mereka singgahi dulu, sepasang sejoli ini memilih duduk berhadapan  di dekat jendela. Salju yang turun dari langit dan jalanan yang tertutupi butiran-butiran es itu menjadi pemandangan menarik bagi Kanao selama menunggu Tanjirou yang masih terlihat bingung dengan rangkaian kata yang harus ia gunakan sebagai pembuka cerita.

"Haaahhh, tak apa. Jika kau belum siap bercerita jangan dipaksakan," ucap Kanao akhirnya.

Gadis itu menatap Tanjirou sekilas, lantas meneguk secangkir cokelat hangat  yang dipesannya tadi. Rasa manis dan hangat pun uap yang mengepul memberi sensasi nyaman bagi Kanao yang 'tidak suka' udara dingin.

"Aku sangat menyukainya, dulu. Dia gadis yang tangguh, dia juga jago bela diri,"

Kanao terhenyak, tangannya bergetar. Cangkir yang dipegangnya hampir jatuh jika saja Tanjirou tak langsung membalut jemarinya. Entah kenapa, ada rasa sakit yang tak nampak mengusik hatinya. Padahal itu kisah lama, tapi perasaannya tetap saja sesak.

"Ah, gomen. Kalau itu ceritaku membuatmu sakit lebih baik kutunda saja. Kita -"

"Lanjutkan saja!" potong Kanao cepat.

Kanao meletakkan cangkirnya, menggenggam jemari Tanjirou yang membalutnya tadi. Dengan tatapan penuh keyakinan, Kanao meminta agar Tanjirou menceritakan semuanya. Bukan karena penasaran, tapi ada hal yang ingin Kanao ketahui agar Kanao tak salah melangkah kedepannya.

"Mitsuki itu adik dari Izumi Nase dan Hiroomi Nase. Bungsu keluarga Nase itu jadi salah satu cewek most wanted di SMP dulu. Dia juga punya temen yang namanya Mirai, mereka berdua akrab banget sama kayak kamu dan Aoi,"

"Awalnya, dia suka banget ngajak sparring karena kita satu klub dulu. Setiap menang-kalah nya kita tuh ada imbalan. Entah itu traktir makan di kantin sampai buatin pr si pemenang. Iyaa dulu emang gitu, kita deket dari aktivitas klub. Kalau ada lomba atau tanding apapun kita sering kepilih, di situ dia sering kasih perhatian dan semangat,"

Tanjirou menjeda sejenak ceritanya, menatap sendu Kanao yang menahan diri. Bulir air mata menggenang di kedua pelupuknya, sontak genggamannya dilepas gadis itu untuk menyekanya.

Tanjirou sebenarnya tak ingin bercerita lebih jauh lagi, namun Kanao tetap kukuh pada pendiriannya membuat pemuda itu tak memiliki pilihan lagi. Toh mau sejauh apapun ia berusaha untuk menyembunyikannya, kenyataan tak sebaik yang diharapkan.

"Tapi itu dulu, semua perasaanku padanya sudah hilang dengan luka yang pernah ia beri. Sore itu, aku sibuk latihan buat ikut turnamen sedangkan dia tetep kukuh ngajak aku jalan. Jelas aku tolak, karena hari turnamen udah mepet. Dia ngambek dan milih jalan sama yang lain. Aku tahu itu juga karena dikasih tau Inosuke sama Zenitsu yang doyan keluyuran, mereka gak sengaja papasan sama Mitsuki dan besoknya aku diajak buat ikut mastiin dan yeah kamu bisa tebak sendiri akhirnya gimana, So that's the reason why I don't regret taking it off because now I've found you,"

For my Dear || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang