"Sejauh apapun kamu pergi, berjanjilah untuk kembali padaku. Aku akan menjadi rumah ternyaman untukmu,"
- Tanjirou Kamado
.
.
.
.
.Sabtu jam 16.00
Jadwal keberangkatan Kanao ke Autralia.
Tanjirou, Inosuke, Zenitsu dan Nezuko berangkat dengan Giyuu ke bandara.
Jauh dari tempat mereka, keluarga Kocho sudah berada di bandara. Tepat satu jam sebelum jam penerbangan Kanao.
Kanae, Sanemi, Shinobu dan Kanao duduk di bangku pemberangkatan Internasional. Keluarga sederhana ini saling mengobrol, bercanda dan melempar tawa.
Memanfaatkan waktu yang tersisa sebagai kenangan, yang akan menjadi rindu seorang perantau yang jauh dari rumahnya.Lalu lalang touris dan penumpang menyamarkan kehadiran Tanjirou. Karena terlalu lama diperjalanan, Tanjirou hampir kehilangan kesempatan untuk menemui gadisnya itu.
Untungnya saja ia sempat. Langkah Kanao terhenti tepat saat Tanjirou berdiri di hadapannya.
"Jadi hari ini kau berangkat ya?"
Tanjirou menatap lekat Kanao yang sudah siap dengan kopernya. Perasaannya tak bisa ia bendung lagi, hatinya tak rela melepaskan. Bagaimanapun, jarak adalah dinding pembatas yang teramat dihindari bagi beberapa pasangan.
"This is not a farewell, Tanjirou-kun," balas Kanao lembut.
Tanjirou tersenyum kecil, memang benar. Ini bukan perpisahan mereka, ini hanya sementara. Tapi, tak salahkan jika Tanjirou merasa 'tak rela'.
"Iya kau benar, promise me that you will come back,"
Tanjirou memeluk Kanao untuk yang terakhir, dihirupnya dalam-dalam parfum kesukaan gadis itu. Di dekapnya lebih erat, sampai bunyi pemberitahuan keberangkatan diumumkan.
Tanjirou melepas pelukannya dengan sedikit tak rela, tapi pemuda itu tetap mengantar Kanao dengan senyuman.
Sudah waktunya gadis itu melakukan Boarding pass.
Kanao mengambil beberapa langkah, mendahului Tanjirou dan berdiri dihadapan pemuda itu dengan senyum tipisnya.
"Ne, Tanjirou-kun," panggil Kanao pelan.
Tanjirou menoleh, menatap sang gadis lembut. "Iya?"
"Kau jaga ini baik-baik ya, liontin ini kuserahkan kepadamu sebagai bukti bahwa aku akan segera kembali dan mengambil liontin itu darimu," tutur Kanao sambil melepas liontin milik mendiang ibunya.
Tanjirou menerima nya dengan senang hati, pemuda itu lantas menyimpannya di dalam saku kemeja.
"Tentu saja, aku akan menjaganya dengan baik," Tanjirou berseru senang seraya mengusak lembut surai Kanao.
Gadis itu cemberut, tatanan rambutnya menjadi berantakan dan wajahnya menjadi sangat menggemaskan dimata Tanjirou.
Pipinya yang menggembung dan bibirnya yang mengerucut sebal. Kedua telapak Tanjirou menangkup wajah gemas Kanao dan mencubitnya beberapa kali membuat Kanao semakin sebal.
Jelas itu menyebalkan, bukan hanya Kanao tapi juga teman-teman yang melihatnya.
"Ekhem..."
Deheman Sanemi membuat Tanjirou menghentikan aktivitasnya. Gawat, kakak ipar marah :(
"Ehehehe...."
Tanjirou menarik kedua tangannya, menjauh dari wajah Kanao. Jujur Tanjirou jadi salting, pemuda itu menunduk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

KAMU SEDANG MEMBACA
For my Dear || END
Fiksi Penggemar~Sekuel Kanao Love Story . . . . . . Siapa yang tahu tentang diriku? Tanjirou bukanlah pemuda yang bisa berterus terang ketika sedang terlibat masalah. Sebisa mungkin pemuda itu menyelesaikan semuanya sendiri. Bergerak, jatuh dan bangkit sendiri. S...