Bimbang

400 29 11
                                    

"Ada dua sudut pandang yang harus kau pertimbangkan, termasuk cerita dari sudut pandangku. Maka dengarkanlah dulu sebelum kau menarik kesimpulan," - Mitsuki Nase

.

.

.

.

.

Tanjirou menghela nafas pelan, kedua matanya masih setia mengamati aktivitas gadisnya yang akhir-akhir ini jadi akrab dengan Mitsuki.

Katanya, saat valentine minggu lalu Mitsuki memberinya coklat sebagai tanda pertemanan. Tanpa menaruh rasa curiga apapun, Kanao menerima dan mengiyakan ajakan pertemanannya. Walau kadang Aoi masih mengabaikan kehadiran Mitsuki.

Di meja kantin, Tanjirou tengah menunggu pesanannya yang lagi dipesan Zenitsu. Entah berapa lama ia menunggu, tapi Tanjirou bersyukur karena tak ikut mengantri dalam suasana hatinya yang suntuk.

"Ho'i Jidor, mikirin apa sih?" tanya Inosuke jengah melihat Tanjirou yang diam saja.

"Itu lagi liatin mereka," Tanjirou menggumam pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari sudut meja tempat 3 gadis yang tengah berbincang santai.

Nampak ketiga gadis itu sesekali melempar canda di tengah kegiatan makan siang bersama.

"Bodo, gw gak paham lu ngomong apa," sungut Inosuke sebal.

Pemuda itu menggebrak meja di hadapannya dan beranjak pergi. Namun sebelum itu, Zenitsu memberikan sebuah jitakan ringan dikepala si babi.

Ctakkk...

"Lu itu bego apa gimana sih? Jelas Tanjirou lagi merhatiin pacarnya. Bisa-bisanya dia deket sama mantannya, aneh kan?"

"Aneh apanya si? Harusnya bagus dong, jadi gak bakal ribut-ribut,"

"Lo tuh sebenarnya paham gak sih arah pembicaraan ini?"

"Bodo, gw gk peduli. Pesenan gw mana?" sahut Inosuke acuh.

Zenitsu menghendikkan bahu acuh, tangannya dengan cekatan menaruh makanan dan minuman calon kakak iparnya. Urusan Inobabi mah belakangan aja.

"Nih, Tanjirou. Pesenan lu, makan gih sebelum dingin,"

"Arigatou, Zenitsu," sahut Tanjirou pelan.

"Pesenan gw mana kadal? Lu nilep duit gw pa gimana ha?!!!" seru Inosuke tak terima diacuhkan.

Pemuda itu hampir saja mengamuk jika saja Aoi tak datang menghampirinya dengan sepiring penuh tempura.

"Nah-nah pesenannya, gosah ngamuk sama si Zenit dah!!"

Inosuke terkekeh pelan sebelum akhirnya menerima piring berisi tempura itu dengan wajah berbinar. Teh hangat pun diletakkan Aoi di hadapan Inosuke. Gadis itu ikut duduk di hadapan Inosuke sambil bertopang dagu.

"Lah Aoi kok gabung sini?" tanya Zenitsu heran, karena gadis itu tak beranjak dari duduknya.

Zenitsu sendiri sudah mengambil posisi duduk di hadapan Tanjirou dan bersiap untuk makan.

Melihat raut wajah Aoi yang tertekuk, Inosuke paham dan menjawab pertanyaan Zenitsu ditengah aktivitasnya mengunyah.

"Twese-rah pwacar gwlah!!"

Tanjirou yang baru sadar ikut menimpali percakapan, sesekali pemuda itu menegur sahabatnya yang sering menjawab pertanyaan sambil mengunyah.

"Makanan lu muncrat semua tau gak. Ni meja bisa penuh sama remahan kripsi tempura lu bang!" sungut Zenitsu yang mulai sebal.

For my Dear || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang