31. Akhir🥀

1.1K 224 32
                                    

(Happy Reading, kesayangannya Uci)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Happy Reading, kesayangannya Uci)

.
.

"Jika membuatmu membenciku adalah jalan terakhir, maka akanku lakukan apapun demi kebahagiaanmu."

-Lilyana Rebeca-


Aletha meminta Davier datang ke pavilun setelah ia selesai melakukan pemotretan. Di sinilah mereka berdua berada, di halaman luas tepat di depan paviliun. Aletha membawa sebuah gulungan kanvas dengan pita hitam di atasnya. Sebagai ucapan terima kasih, ia membuatkan Davier sebuah lukisan indah. Davier sudah banyak sekali membantunya. Ia merasa sangat nyaman berada di dekat pria itu. Jantungnya berdegup tak normal kala Davier ada di dekatnya. Perasaan apa ini? Setiap hari ia selalu mengingatkan diri, kalau Davier sudah mempunyai pacar tapi—kenapa rasanya sakit?

"Hai, nunggu lama ya?" sapa Aletha bertanya, ikut duduk di sebelah Davier. Cuaca sedang mendukung sekarang, tidak terlalu panas dan dingin. Angin sepoi-sepoi yang menyejukkan kulit. Halaman paviliun ini sangat indah, hamparan rumput hijau tersebar di sekeliling paviliun. Begitu asri nan damai, belum lagi pepohonan tertanam di area jalan menuju ke pavilun ini. Memberikan oksigen ketika cuaca sedang terik.

"Tidak terlalu," jawab Davier santai.

"Oh, syukurlah, ini." Aletha menyerahkan gulungan kanvas itu ke hadapan Davier. Kening Davier berkerut, menatap Aletha dengan tatapan bertanya. "Hadiah buat kamu."

Davier mengambil gulungan itu lalu membukanya. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya terangkat saat melihat betapa indahnya lukisan buatan Aletha. Di lukisan itu ada dirinya yang sedang merangkul dan mencium Lily.

"Gimana kamu suka?" tanya Aletha senang.

"Cantik, lukisannya sangat cantik. Sudah kali ke berapa kamu lukis wajah saya sama Lily?" tanya Davier masih mengagumi lukisan Aletha, sementara Aletha sendiri tersipu malu mendengar pujian Davier.

Aletha terkekeh pelan. "Baru 4 kali. Mungkin ada yang berikutnya, 5, 6, 7, 10 ... 100?"

"Kalau kamu terus-terusan buatkan untuk saya, kamar saya bisa penuh dengan lukisan kamu. Buatlah pameran, agar karyamu bisa diapresiasi banyak orang, tidak hanya saya," kata Davier menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aletha mengembuskan nafasnya kasar. "Membuat pameran adalah impianku sejak kecil, tapi ... kalau aku buat pasti ayahku tahu dan dia tidak akan menerima ini. Aku sangat bersyukur, kamu itu lebih berkuasa ketimbang ayahku jadi ... ayahku tidak akan macam-macam," cerita Aletha sedih, "apa masih ada 1 orang kayak kamu lagi di dunia ini?"

Sorry, Lily (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang