Selamat Membaca❤
"Kamu?"
Mata Lily sontak membulat, cepat-cepat ia merapikan bunga-bunganya lalu bangun dari posisi tersungkurnya. Tidak hanya Lily yang terkejut melihat Davier di tempat ini, Davier pun sama terkejutnya dengan Lily. Pria itu tak menyangka akan bertemu wanita penjual bunga itu lagi.
Lily membalikkan badannya. "Kamu ngikutin aku?" tuding Lily bertanya tanpa menoleh ke arah Davier.
Davier mengerutkan dahinya, bodoh saja dirinya menguntit orang seperti mata-matanya. Kalau pun Davier mau menguntit, ia pasti akan menyuruh orang. Bukankah terbalik? Wanita ini yang terus saja mengikutinya?
"Saya bukan orang bodoh," desis Davier tidak menyukai tuduhan yang diberikan wanita itu terhadapnya.
Lily berbalik kembali, lalu menggeleng pelan. Untunglah posisi mereka jauh dari kerumunan, letak stand berkisar beberapa meter dari tempatnya berdiri. Perdebatan kecil sama sekali tidak mengganggu pengunjung bazar.
"Aku tidak mengatakan kalau kamu bodoh. Aku cuma bertanya kenapa kamu ngikutin aku? Kalau kita bertemu tanpa sengaja, mengapa wajahmu kelihatan marah?"
"Okay. Kamu benar, siapa pun bisa datang ke sini," balas Davier, kepalanya mengangguk-angguk pelan seraya berjongkok mengambil sisa bunga yang terjatuh. Davier menatap bunganya secara intens, segar nan harum. Tidak terlalu jauh tetapi harum dari bunga tersebut sudah tercium. Agak mencurigakan, apa jangan-jangan wanita itu sengaja menyemprot parfum agar diminati? Licik.
Lily merampas bunga itu dari tangan Davier dengan cara kasar. "Maaf, bunga ini tidak dijual. Aku akan membuangnya," kata Lily sopan. Tangannya berancang-ancang ingin membuang bunga itu tapi Davier lebih dulu mencekal lengan Lily.
"Why? Biarkan saya membelinya, Nona."
Lily menghempaskan lengan Davier. Suasana tiba-tiba menjadi senyap, aura Davier berubah sangat cepat. Tidak ada hal yang lebih memalukan dari pada ini. Diperlakukan kasar di depan khalayak. Lagi pula, ia hanya ingin membeli bunga yang telah rusak karena dirinya? Apakah salah? Wanita itu bersikap seolah-olah, dirinya adalah pelaku kejahatan dan pelecehan.
Davier akan selalu mengingat kejadian ini.
Ya,
Sampai kapan pun.
"Maaf, aku permisi," pamit wanita itu seraya melengos meninggalkan Davier. Sebelah kaki wanita itu terseret-seret, sepertinya wanita itu sangat kesusahan berjalan.
Davier mengepalkan kedua tangannya. Kelopak matanya dibiarkan terpejam sejenak, merendam seluruh emosi yang kian membara. "Sial. Kenapa saya harus peduli?" Ada setitik rasa iba, melihat wanita itu kesakitan berjalan terseret-seret tapi? Apa pedulinya?
"Kak! Kakak masih nungguin?" tanya seseorang yang baru saja datang. Davier menghela nafasnya panjang, merubah raut wajahnya kembali. Kedua sudut bibirnya terpaksa terangkat, menampilkan senyuman palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Lily (TAMAT)
Romansa(Cerita ini ikut serta dalam Event GMG Hunting Writers 2021) "Kalau kamu mau berteman denganku, kamu gak boleh gunain kekuasaan kamu. Aku mau kamu janji, kamu akan menjadi seorang manusia biasa jika berada didekatku." Sebuah janji yang membuat seora...