22. Makan Malam2 🥀

1.2K 244 11
                                    

HAPPY READING(Para bintang-bintangnya Uci)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING
(Para bintang-bintangnya Uci)


Kata orang, jika seorang wanita sudah dikenalkan pada keluarga kekasihnya, hubungan itu akan serius. Ah, lebih tepatnya menuju ke tahap keseriusan. Tentu Lily tidak merasa seperti itu, ia hanya ingin hubungan seperti ini. Jangan sampai, Davier tersakiti karenanya.

Makan malam berjalan hikmat. Saat Lily datang, mereka—keluarga Davier tidak menanyakan ini itu. Hanya tatapan dari mereka, Lily sudah tahu apa yang mereka pikirkan tentangnya. Ia merasa sangat malu memakai pakaian ini, terlalu terbuka dan kecil. Sedari tadi, Davier berusaha untuk menutupinya.

“Apa-apaan kau, Kak. Memberikan pakaian seperti itu,” gadis cantik berambut cokelat tua berbisik, mendekat ke arah Davier. Lily bisa mendengar suara bisikan itu.

“Kakak tidak pernah memberi pakaian itu. Memang, Kirana ingin dihajar,” balas Davier ikut berbisik juga.

Lily mengerti sekarang, Davier tidak pernah memberikan pakaian seperti ini. Mungkin orang suruhan Davier salah memberikan pakaian. Pantas saja Davier marah, dan dari tadi ia tidak mengerti kenapa Davier marah.

“Oh, jadi Davier yang memberikan pakaian itu?!” seru Shifa—ibu Davier—menatap putranya marah. Semua yang ada di sana, langsung menatap ke arah Shifa.

“Apa-apaan Davier?!” Devano, sang kepala keluarga mulai angkat bicara.

“Kak Davier mesum!”

“Apa maksud kalian? Sa—“

“Cukup!” potong Devano tak memberikan Davier kesempatan untuk menjelaskan. Devano berdiri dari duduknya, menatap Lily datar. Betapa ketakutannya Lily sekarang, Devano mengeluarkan ekspresi tak enak. Aura keluarga ini sudah seram, tambah seramlah ketika sang kepala keluarga di sini marah. Ya, jelas sekali dari wajahnya. “Lilyana Rebeca. Ikut saya!”

“Ayo Lily,” ajak Shifa ikut bangkit dari duduknya, menyusul suaminya.

Lily menatap Davier takut lalu beralih menatap anggota keluarga Davier. Apa yang harus ia lakukan?

“Ikutlah, Lily. Pria tua itu hanya ingin mengobrol denganmu,” ucap Davier pelan, mengode Lily agar segera mengikuti Devano.

“Aku salah ya?” tanya Lily gugup dibalas gelengan oleh Davier. Lily bangkit dari duduknya, berjalan ragu mengikuti Devano dari belakang.

Tiba-tiba Devano dan Shifa berhenti di ruang keluarga. Mereka berdua berbalik menatap Lily dengan tatapan mengintimidasi. Keluarga ini sudah berhasil membuat Lily ketakutan setengah mati. Wajah Lily pucat pasi, keringat dingin mengucur di keningnya.

“Duduklah, Lily,” titah Devano menyuruh Lily untuk duduk. Lily mengangguk kikuk kemudian ia duduk berhadapan dengan Devano dan Shifa. “Begini, santai saja. Jangan takut, kami tidak akan memakanmu.”

Sorry, Lily (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang