18. Kakak sekaligus Sahabat🥀

1.4K 257 42
                                    

Delio menatap sebuah surat, membalik-balikan isi suratnya lalu menatap lurus ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delio menatap sebuah surat, membalik-balikan isi suratnya lalu menatap lurus ke depan. Demi Tuhan, ia tidak berani berlama-lama menatap wajah Lily. Hatinya terketuk, saat dokter mengatakan tentang kondisi Lily saat ini. Matanya memanas, ingin sekali menangis. Selama ini, sahabat kecilnya sedang sakit parah dan ia tidak mengetahui kabar ini.

Dulu, Delio sempat mencintai Lily. Apa pun ia lakukan demi Lily, tapi-kedua orang tuanya mengancam akan menyakiti Lily kalau ia masih dekat-dekat dengan Lily. Itulah mengapa, ia pergi meninggalkan dan menjauhi Lily. Melupakan demi sebuah nyawa berarti. Saat ini, ia dan Lily kembali dipertemukan. Mendengar kenyataan ini, membuatnya sakit.

Valeryn adalah istrinya, istri yang kini ia cintai. Delio akan menganggap Lily murni adik sekaligus sahabatnya. Menyayangi dalam batas wajar, karena ada hati yang harus ia jaga. Valeryn akan mengerti ini.

Leukimia stadium 3, sangat-sangat membahayakan. Sel-sel kanker sudah hampir menyebar ke seluruh tubuh. Seharusnya Lily rajin melakukan kemoterapi, kenapa wanita itu membiarkan penyakitnya menyebar luas seolah menginginkan kematian? Ada banyak pertanyaan di benaknya. Setelah Lily bangun nanti, ia akan menanyakan.

Kelopak mata Lily bergerak, sedikit demi sedikit kelopak mata itu terbuka. Tangan Lily terangkat, memijat pelan keningnya. Delio masih memperhatikan Lily, menunggu saat-saat tepat untuk menyemprotnya.

"Lily," panggil Delio datar.

Lily terdiam. Matanya mengedar ke segala arah, menerka-nerka ada di mana dirinya sekarang. Seketika ia teringat akan sesuatu, tadi ia pingsan dan Delio membawanya ke rumah sakit.

"Lily sebelumnya, sorry. Aku pergi karena aku gak mau kamu sampai kenapa-kenapa. Orang tua aku larang untuk dekat sama kamu," ucap Delio serius. Berharap mendapat maaf dari Lily, walau permintaan maaf pun tak cukup. Meninggalkan Lily, di saat Lily membutuhkan sandaran.

Lily tersenyum. "Itu kamu tau. Kamu dilarang sama orang tua kamu tapi kamu masih balik lagi? Seharusnya kamu gak usah balik," balas Lily dengan nada santai. Ia mencoba untuk bangkit dari brankar tapi ditahan oleh Delio.

"Sekarang aku sudah beristri. Keinginan mereka sudah terpenuhi, jadi penerus .. dan mempunyai pasangan pilihan mereka." Delio menghela nafasnya panjang, tangannya terulur menggenggam tangan Lily. "Sekarang, aku mau nebus kesalahan aku. Kamu pasti sembuh."

Lily menepis tangan Delio, ia bangkit dari posisi tidurnya. "Kamu ingin jadi malaikat penolong? Dan aku harus berhutang budi lagi? Kamu datang dan pergi sesuka hati kamu. Aku ...," sentak Lily menggantungkan ucapannya. Tiba-tiba air matanya mengalir, sesegera mungkin Lily menghapus air matanya. Ia memang merindukan sosok Delio, tapi-jika Delio datang dan berniat untuk pergi lagi, lebih baik Delio tidak lagi hadir dalam hidupnya. "Aku gak mau lihat wajah kamu lagi."

"Lily ... maaf. Kamu boleh benci aku tapi kamu harus sembuh dan lawan penyakit kamu. Kalau tidak untukku, berikan kesembuhan itu untuk orang yang kamu sayang!"

Sorry, Lily (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang