Apa yang lebih menyakitkan selain terluka karena benda tajam?
Ketika seseorang menjerit kesakitan, tetapi kita tidak bisa berbuat apa pun untuk membantunya.
-Davier-
Matahari sore mulai bersinar terang. Warna jingga adalah warna kedamaian, dan Davier memang sedang merasa damai saat ini. Sosok wanita penjual bunga itu telah memberikan kedamaian. Lily, ternyata wanita yang ceria. Tawa kecilnya membuat Davier hanyut seketika.Davier benar-benar mengutuk waktu. Cepat sekali rasanya waktu berjalan hari ini. Padahal, ia menginginkan bersama Lily lebih lama lagi.
"Terima kasih, kamu telah menemani saya hari ini," ucap Davier melirik ke arah Lily, lalu kembali fokus kemudinya.
Lily menatap Davier sambil memperlihatkan senyuman tipis. "Kembali kasih. Semoga besok, kita tidak bertemu lagi ya?" Lily tertawa canggung. "Ini sebuah kebetulan."
Davier menghela nafasnya panjang. Apakah, wanita itu tidak ada keinginan untuk berteman dengannya? Apakah dirinya begitu menyeramkan sampai-sampai Lily enggan dekat dengannya? Pertanyaan itu tiba-tiba menyerbu benaknya, menuntut agar dirinya segera mengungkapkan apa yang ada di benaknya. Keinginan apa ini? Tidak, Davier tidak ingin mempunyai teman.
"Kenapa kamu terus-terusan berdoa agar tidak bertemu dengan saya? Memangnya saya punya salah apa sama kamu?" tanya Davier membuat Lily terdiam.
Lily menggigit bibir bawahnya pelan, memberanikan diri untuk menatap Davier. "Kita berbeda. Kamu ... kamu jauh di atas aku. Kalau aku berbuat atau berkata salah, aku minta maaf."
Davier memijat-mijat pelipisnya, merasa bodoh karena terus menebak-nebak kenapa Lily tidak ingin berada di dekatnya. Sekarang ia mengerti, kenapa Lily bersikap seperti padanya. Lily ketakutan karena wanita itu melihat latar belakang keluarganya. Memang benar, keluarganya sedikit menakutkan. Apa pun yang menjadi penghalang, keluarganya terutama ayahnya akan menyingkirkan penghalang itu. Jika tidak berbuat salah, lalu untuk apa takut?
"Tidak ada yang berbeda. Kita sama-sama man—"
"Derajat," sela Lily, memotong ucapan Davier, "kita berbeda."
Davier terkekeh pelan. "Lalu? Kalau berbeda?"
Lily menggeleng keras. "Aku gak mau—"
"Apa yang bisa membuatku berteman denganmu?"
Lily terdiam sejenak. Memain-mainkan jarinya, meredakan rasa kegugupan. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Mengapa Davier ingin menjadi temannya? Ia tidak mau dianggap sebagai benalu oleh siapapun termasuk keluarga Davier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Lily (TAMAT)
Romance(Cerita ini ikut serta dalam Event GMG Hunting Writers 2021) "Kalau kamu mau berteman denganku, kamu gak boleh gunain kekuasaan kamu. Aku mau kamu janji, kamu akan menjadi seorang manusia biasa jika berada didekatku." Sebuah janji yang membuat seora...