(Selamat membaca kesayangannya Uci)
.
.
.
.-Sorry, Lily-
Hari ini adalah hari kesibukan Lily akan dimulai. Pesanan dari toko Arlen tiada henti mengalir, mengharusnya Lily memilah bunga-bunga mana saja yang siap dipetik. Setelah kejadian kemarin, ia mencoba untuk melupakannya. Sekuat tenaga, ia bangkit dan kembali memamerkan senyuman indahnya.
Terkadang, hatinya sesak ketika mengingat ucapan Sagara. Kemarin adalah masa-masa terburuk, bahkan sangat-sangat buruk. Shera dan ayahnya enggan sekali menatap wajahnya. Ia lebih baik dicaci maki oleh mereka daripada didiamkan seperti ini. Percayalah, ia sangat menderita.
Sejak semalam Davier terus saja menelepon dan mengirimkan pesan. Ia melihat itu semua, tetapi ia tak berniat untuk membaca pesannya. Foto itu adalah ancaman pertama, mungkin saja jika ia terus dekat dengan Davier ancaman-ancaman berikutnya akan datang. Lebih baik seperti ini, aman dan damai tanpa ancaman.
"Dengan Lilyana Rebeca?"
Mendengar namanya dipanggil, refleks ia menoleh. Di sana ada seorang wanita berambut cokelat tua terurai, berdiri sambil memegang setangkai bunga mawar. Wanita itu tersenyum manis, mengembalikan bunga itu ke tempat asalnya.
Lily mengangguk kikuk. "Iya, aku Lilyana Rebeca."
Wanita itu mengulurkan tangannya. "Kenalin aku Deerisca Tinanti, panggil aku Dee," ucap wanita itu memperkenalkan diri.
Lily membalas jabatan tangan wanita itu. "Lily. Lilyana Rebeca."
Dee terkekeh lucu. "Tahu. Boleh kita bicara sebentar? Kalau sibuk, aku akan menunggumu."
"Enggak, aku gak terlalu sibuk. Kamu bisa bicara sekarang," jawab Lily tampak senang. Semenjak ia bergabung bersama Arlen dalam mengelola bisnis bunga hias, banyak orang yang ingin mengobrol dengannya. Entah itu cara menanam bunga, bibit berasal dari mana, pakai pupuk apa bahkan ada orang yang meminta secara langsung untuk menjadi temannya. Lily jelas tidak keberatan, inilah yang ia inginkan. Sejak ia duduk di bangku sekolah dasar sampai saat ini, orang yang bisa dikatakan sebagai temannya hanya bisa dihitung jari.
Dee, wanita itu mengajak Lily duduk di teras menghadap langsung ke taman bunga. Suasana damai bisa dirasakan di sini. Lily menoleh, menatap Dee. Wanita itu sedang tersenyum memandang tanaman bunga di depannya.
"Walau kedamaian itu akan datang saat melihat indahnya pemandangan ini, tapi ...," ucap Dee menggantung, menatap Lily dalam-dalam, "aku tidak bisa melihat kedamaian di matamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Lily (TAMAT)
Romansa(Cerita ini ikut serta dalam Event GMG Hunting Writers 2021) "Kalau kamu mau berteman denganku, kamu gak boleh gunain kekuasaan kamu. Aku mau kamu janji, kamu akan menjadi seorang manusia biasa jika berada didekatku." Sebuah janji yang membuat seora...