2. Calon untuk Davier🥀

3K 423 62
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Janjiku berlaku hanya di depan aku dan kau, bukan aku dan mereka. Jangan buat aku lebih menderita karena janji itu."

-Davier-

.
.
.

Sebuah mobil mewah terparkir asal di halaman rumahnya. Davier keluar dari mobil sambil membawa beberapa tangkai bunga mawar yang sudah terhias pita. Salah satu adik perempuan sangat menyukai bunga, adiknya pasti akan sangat senang diperlihatkan bunga segar ini.


Davier masuk ke dalam rumah, beberapa maid membungkuk dan memberikan sapaan untuknya. Pria itu tidak membalas sapaan mereka, ia berjalan lurus mencari anggota keluarganya berada.

"Davier?" panggil seorang wanita paruh baya membuat mereka yang ada di sana menoleh. Di sana—ruang keluarga—ada orang tuanya, kedua adiknya dan satu perempuan asing.

Seorang perempuan cantik berambut hitam lurus terurai dengan dress di bawah lutut berdiri dari duduknya. Perempuan itu tersenyum ke arah Davier.

Davier melirik ke arah Vana dan Shila, kedua adiknya dengan tatapan bertanya. Shila menggerakkan mulutnya seperti ingin mengatakan 'jodoh kakak', tak hanya mulut yang bergerak, matanya pun ikut bergerak ke arah perempuan itu.

"Kamu benar-benar romantis Vier. Mom gak pernah nyangka, kamu bakal beliin bunga buat Aletha," kata Shifa terkagum-kagum sedari melirik perempuan itu.

Davier mendelik. "Ini? Bunga ini?" Davier menunjukkan bunga yang dipegangnya. Perempuan itu malu, wajahnya bersemu merah. "Saya tidak membelikannya untuk wanita asing. Saya membelikan bunga ini khusus untuk kedua adikku."

"Duduklah Vier, kami mau membicarakan sesuatu," titah Devano—ayahnya. Davier tersenyum miring, ia duduk di tengah-tengah adiknya duduk. Tatapannya masih tertuju pada wanita itu.

Shila mendengkus kesal, mendorong tubuh Davier pelan. "Shila sesek, Kak. Geser," rengek Shila dengan sikap kekanakannya. Padahal dia sudah berkuliah tapi sikapnya masih seperti anak kecil. Berbeda dengan kembarannya, Vana, gadis itu lebih dewasa. Sifat dan sikapnya mirip sekali dengan ayahnya.

"Gimana Kak? Cantik 'kan?" bisik Vana tepat di telinga Davier.

Davier tersenyum devil. "Sangat cantik dari apa yang saya bayangkan," jawab Davier. Pria itu membagi tangkai bunga menjadi dua bagian lalu memberikannya pada Vana dan Shila.

Vana menerimanya lalu melihat-lihat bunganya dengan sangat teliti. Gadis itu bangkit memberikan bunga itu ke calon istri kakaknya. Sontak saja Davier menggeram marah. Matanya berkilat, emosi.

Sorry, Lily (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang