7. Ibarat🥀

2K 355 45
                                    

Selamat Membaca🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca🖤





Lily mengusap-usap telapak tangannya. Sedari tadi, Lily menunggu keluarga Davier datang ke rumah sakit tetapi sampai sekarang salah satu dari mereka belum juga datang. Davier, pria itu masih terbaring lemah di atas brankar. Selang infus terpasang di punggung tangannya. Wajah seram dan dingin itu tergantikan oleh wajah lemah dan tak berdaya.

Dulu, Lily pernah berjanji untuk tidak berurusan dengan keluarga Cowdree. Janji itu, sangat kecil, mudah sekali untuk ditepati. Apalagi dirinya berasal dari keluarga menengah ke bawah. Tidak mungkin, mereka mau berteman dengan gadis cacat dan miskin sepertinya. Mulut ke mulut, telinga ke telinga membuat Lily mau tidak mau mengenal siapa itu keluarga Cowdree.

Almarhum ibunya pernah berkata 'jangan pernah berhubungan dengan orang yang jauh dari kita. Jangan sampai, kamu jatuh tenggelam ke dasar laut' kata-kata dari beliau membuatnya sadar. Dari sana, Lily bahkan ragu berteman dengan Delio—sahabat satu-satunya. Delio anak dari saudagar kaya raya, kami sudah bersahabat cukup lama tapi sangat disayangkan pria itu pergi jauh tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Kejadian Delio membuktikan bahwa ucapan almarhum ibunya adalah fakta.

Entah disengaja atau tidak, ini kali ketiganya Lily bertemu dengan Davier. Ini sebuah kebetulan atau memang sudah nasib sialnya?

Lily mengembuskan nafasnya panjang. Dia bangkit dari duduknya, berniat untuk pergi dari ruang rawat Davier tetapi suara berat menggugurkan niatnya untuk pergi. Lily menoleh menatap ke arah brankar. Davier sudah sadar dan sekarang pria itu tengah menatapnya.

"Kau, kau yang membawaku ke sini?" tanya pria itu lemah, bergerak berupaya bangkit dari posisinya. Lily melotot, ia berlari menghentikan Davier.

"Kamu masih lemah, jangan bangun dulu." Lily memegang lengan Davier, mencegah pria itu agar tidak bangkit.

Davier terdiam, menatap tangan dingin wanita itu. "Tiga kali," gumam Davier.

Mendengar gumaman itu, refleks saja Lily melepaskan lengan Davier. Apa Davier menyebutkan pertemuannya dengan pria itu?

"Kalau gitu, aku pulang dulu ya. Hp sama kunci mobilnya ada di atas nakas. Maaf ya, padahal aku yang minta gak ketemu lagi sama kamu. Tapi ... aku sendi—"

Davier menutup mulut Lily dengan satu jarinya. "Thanks, kamu udah nolongin saya," ucap Davier tulus mengembalikan tangannya ke posisi awal.

Lily terdiam mematung. Suara lembut, penuh dengan ketulusan masuk ke dalam hatinya. Sebelumnya hanya Delio yang berbicara lembut seperti itu. Orang asing seperti Davier, berhasil membuat tubuhnya mematung.

Wanita itu menggeleng keras. "Tadi, di jalan sepi. Jadi, aku bantu. Walau aku belum lancar mengemudi tapi—"

"Saya tidak peduli," potong Davier. Matanya mengedar, mencari-cari sesuatu, "bunganya mana? Kamu gak bawa bunga?"

Sorry, Lily (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang