20. Panggil Kak, ada Pacar🥀

1.4K 233 44
                                    

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca

Sedari tadi, Davier dan Lily hanya diam. Di dalam mobil, kecanggungan menyelimuti mereka berdua. Entah ke mana Davier akan membawa Lily pergi. Pria itu hanya diam, mengendarai mobilnya dengan sangat tenang. Mulut Lily ingin sekali terbuka dan bertanya soal tadi. Sungguh, ia tidak bisa mengartikan apa keinginan Davier dan kenapa Davier melakukannya.

Lily merasa tidak enak pada Revan, pasalnya Revan sudah sangat baik padanya. Jujur ia sangat kesal, benar-benar kesal. Setelah lama tidak ada kabar, tiba-tiba pria itu datang dan mengaku-ngaku. Sebelum ke-Geer-an, sebaiknya ia menganggap Davier sedang bercanda.

Tiba saja, Davier membunyikan klakson dengan sangat keras, membuat Lily kaget setengah mati. Ia menatap ke depan, ternyata ada seorang pengendara motor yang berhenti di tengah jalan.

“Da-Davier,” panggil Lily gugup. Betapa ia merutuki kegugupannya ini.

Davier menoleh. “Apa?”

“Kamu sepertinya marah. Aku gak tau, salah aku tuh apa. Tapi, aku akan tetep minta maaf,” ucap Lily sambil menggigit bibir bawahnya, “maaf.”

Davier berdecak. “Kamu gak salah, saya yang salah. Pasti kamu kaget, saya tiba-tiba kayak gini,” balas Davier tak menatap ke arah Lily sedikit pun. Lily diam, menundukkan kepalanya. “Saya punya permintaan, Lily. Saya harap kamu mau mengabulkannya.”

Lily mendongak, menatap Davier ragu. “A-apa Vier?”

“Jadi pacar saya.”

“A-apa?! Pa-pacar? Kamu mau pacaran sama aku?” tanya Lily ragu.

“Iya.”

“Kenapa?”

Davier melirik Lily sekilas. “Memangnya ada alasan untuk mencintai seseorang?”

Lily terdiam, entah ia harus senang atau sedih sekarang. Senang karena Davier mempunyai perasaan yang sama dengannya dan sedih, karena penyakitnya yang semakin hari semakin memburuk. Di satu sisi, ia ingin merasa bahagia dan di sisi lain, ia takut Davier kecewa.

“Aku harus bahagia!” batinnya berseru yakin. Ia mengembuskan nafasnya panjang lalu menatap wajah Davier. Bagaimana pun, ia pantas berbahagia dan Davier mungkin akan menjadi sumber kebahagiaannya.

“Davier ....”

Pasti bisa.

“Vier ....”

Davier melirik Lily. “Apa?”

“Davier beneran suka sama Lily?”

“Ya.”

“Lily juga suka sama Davier,” gumam Lily pelan.

Suara Lily memang kecil, tapi masih bisa terdengar samar oleh Davier. Kedua sudut bibirnya terangkat, menampilkan senyuman kecil nan tipis. Ia memberhentikan mobilnya di parkiran. Setelah mobilnya benar-benar berhenti, Davier menatap Lily intens.

Sorry, Lily (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang