Twenty Eight (28)

4.6K 553 28
                                    

Sebelumnya author mau bilang kalau author di rl sibuk bngt. Liburan pun kek bukan liburan. Ada aja kerjaan. Jd kmrn2 tu bantuin parent kerja sambilan, gada wkt buat nulis, kdg buka wp cm nyari inspirasi gtu. Author sendiri jg susah cari waktu luang, ada si cm malem jam 9 ,klo g cape tak sempetin nulis,klo cape langsung ke pulau kapuk 😂. Krna hri minggu pun ttp bantu2. Dah intinya utk skrg2 blm bisa up byk2. Author hnya mohon pengertiannya aja. Thx 🥰

Happy Reading
.
.
.
.
.

Segera setelah masa hukuman selesai, kediaman Lan Haolin langsung kedatangan sesosok manusia berjenis kelamin laki-laki yang tak lain tak bukan adalah Ayahnya, Wang Junji.

Kedatangan Wang Junji nampaknya sudah diprediksi oleh Lan Haolin sebelumnya. Watak Wang Junji sudah ia hafal dan terpatri di otak cantiknya. Paling-paling dia akan memuji sedikit. Dia pun ingin melihat apa yang diinginkan laki-laki tua serakah itu.

"Nona haruskah kita membuat jebakan?" Ucap Qing Fei mengeluarkan sejuta rencana licik yang terpatri di pikirannya.

"Tidak dibutuhkan" Qing Fei tersenyum masam, Nona nya ini sangat susah diajak bersenang-senang. Padahal kan seru jika dia mengerjai sedikit.

Tak lama seorang pelayan masuk mengabarkan tibanya Wang Junji diluar.
Qing Fei bertanya apakah dia sendiri atau bersama Dua Rubah --Zhen Yu dan Wang Mimi-- dan dijawab bahwa  dia datang bersama satu pelayan. Lan Haolin pun menyuruhnya masuk.

Wang Junji pun masuk, ia meneliti ke sekeliling. Walaupun paviliun ini kecil namun tempat ini bersih dan terawat. Terlihat dari halaman yang bersih, taman yang terawat di penuhi dengan pepohonan hijau serta udara yang sejuk membuat tempat tinggal putrinya ini asri dan nyaman ditinggali.

"Silahkan Ayah" Lan Haolin bersikap semestinya, sopan dan anggun.

"Mmm" Wang Junji memuji dalam hati Lan Haolin yang dapat mengelola kediaman yang tadinya tak terawat, walaupun masih terdapat beberapa barang yang tak layak pakai.

"Fei ambilkan teh dan camilan untuk Ayah" Suruh Lan Haolin

"Maaf Nona, camilan di dapur hanya tersisa kue bulan itupun hanya terisisa dua buah"

Lan Haolin kemudian merogoh sakunya dan ia mendapati hanya 10 koin tembaga. Nampaknya cukup untuk membeli beberapa camilan.

"Hanya ini yang tersisa, kami belum mendapat uang dari Bibi. Nah ambil dan pergi beli, sisanya bagikan untuk pelayan Istana. Mereka juga butuh makan"

Wang Junji mengernyit, bukankah uang setiap awal bulan diberikan untuk anak-anaknya. Ini sudah pertengahan bulan.Apalagi tadi katanya ada pelayan Istana, jika mereka melihat kondisi putri dari keluarga Jendral itu miskin maka dia yang akan kehilangan wajah dan di cap pelit.

Permaisuri tentu masih mengawasi Lan Haolin, apakah pengajarannya dapat diterapkan atau tidak. Sehingga dia mengirim beberapa pelayan Istana untuk melaporkan padanya.

"Tunggu! Ambil ini dan pergi beli. Apakah pengurus rumah tangga tidak memberikan kalian uang? " Wang Junji memberi Qing Fei 30 koin emas. Harusnya jumlah itu lebih besar, karna biasanya Wang Mimi mendapat 50 koin emas perbulannya.

Lan Hao LinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang