Seventeen (17)

8K 755 29
                                    

Lalu ia menyuruh pengawal bayangan membawa Wang Junji ke kediaman pria itu. Serta ia menugaskan untuk mencuri bukti serta menculik saksi dari kediaman hakim daerah.

Happy reading:*
Jangan lupa tekan tombol bintang di pojok kiri bawah ya!!
.
.
.
.
.

Pagi-pagi buta sebelum fajar tiba. Hakim daerah tergopo-gopo memaksa untuk memasuki Istana. Penjaga menghalanginya. Karena Istana dibuka pada saat rapat umum dimulai,yaitu berkisar antara pukul 7-8 pagi.

Walaupun Hakim daerah tidak berhasil masuk. Dia tidak bodoh. Hakim daerah meminta penjaga untuk memanggil Kasim Liang, salah satu dari Kasim pribadi Kaisar.

Tak lama Kasim Liang pun datang. Kasim Liang menanyakan perihal yang terjadi pada Hakim daerah sampai mengganggu istirahat Kaisar. Hakim daerah melambaikan tangannya. Bermaksud agar tidak ada yang mendengar pembicaraanya dengan Kasim Liang.

"Begini Kasim Liang. Pada saat saya terbangun, saya langsung menuju ke ruang kerja, karena mendapati seseorang berjalan mengendap keluar dari ruang kerja saya seperti pencuri. Setiba di ruang kerja ,saya langsung mencari-cari laporan penting pengadilan. Semuanya aman hanya saja laporan dan bukti untuk kasus Jendral Wang Junji hilang. Sepertinya dicuri". Tutur Hakim daerah.

Kasim Liang mengangguk. "Ini bukan perkara mudah. Baiklah saya akan sampaikan perihal ini pada Yang Mulia. Seperti aturan biasanya mungkin sidang ini akan ditunda sampai laporan dan bukti ditemukan kembali". Ucap Kasim Liang.

Hakim daerah mengangguk. Ia mengucap Terima kasih dan pamit dari Istana.

Sesampainya kembali ia dirumah, ia langsung ke ruang kerja. Kini dirinya mendapati sepucuk kertas bertuliskan

'Wang Junji urusanku. Tarik laporan dan biarkan seperti sedia kala'- Yi.

Hakim daerah terpengarah. Yi? Akankah Riu Yi? Pikirnya.

Setelah berpikir dan tidak memutuskan jawaban,akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti perkataan Riu Wang. Ia tidak ingin berkonflik dengan Riu Wang. Tapi untuk apa pangeran kedua ikut campur masalah ini? Haish perkara istana dalam memang rumit. Pikir Wang Junji sambil menggelengkan kepala.
.
.
.
.
.

Hao Zi menemui Wang Junji di kediamannya. Wang Junji kini berada di salah satu paviliun Istana Riu Wang.

"Salam Jendral Wang" Ucap Hao Zi. Bagaimana pun statusnya hanya pelayan. Hao Zi masih punya etiket.

"Ah ya apa yang membawamu kemari?"

"Wangye mengatakan mungkin sidang anda akan ditunda, atau bahkan kasus anda tidak akan di perkarakan lebih lanjut. Jadi manfaatkan itu untuk membawa pulang putri anda, Wang Haolin. Kebebasan sesungguhnya untuk anda tergantung kedatangan nona Haolin". Ucap Hao Zi.

Jendral Wang mengangguk. Biar bagaimanapun ini adalah simbiosis mutualisme. Ia tentu tidak sepenuhnya percaya kepada Riu Wang,tetapi tidak memungkinkan juga untuk tidak mematuhinya sementara waktu.

"Bolehkah jika saya bertanya untuk apa Riu Yi wangye menginginkan anak yang tidak berguna itu?" Tanya Wang Junji.

Hao Zi menggeram dalam hati. Putri tidak berguna katanya? Orang tua bodoh ini!!! Jelas dia berlian tersembunyi. Untung saja penglihatan Wangye bagus daripada Jendral bodoh ini. Rutuk Hao Zi dalam hati.

Lan Hao LinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang