Fourteen (14)

8.9K 782 53
                                    

Qing Fei bergegas pulang dan menemukan Lan Haolin. Ia menceritakan apa yang dilihatnya di pasar, sedang Lan Haolin yang mendengar pernyataan Qing Fei langsung meluncur ke pasar. Bahkan Lan Haolin tidak mengindahkan teriakan Qing Fei dibelakangnya.

Happy reading:*
.
.
.
.
.

Setelah berpacu dengan waktu sekitar lima belas menitan, sampailah ia di pasar. Ia mencari ke seluruh penjuru pasar namun belum menemukan dua makhluk yang membuat ia darah tinggi. Orang ini sungguh membuat darahku naik. Kesal Lan Haolin.

Matanya mengedar mengarah ke penjual lampion. Dan gotcha!! Terdapat dua makhluk yang sedang melihat-lihat lampion dengan ekspresi yang berbeda. Jika sang bocah kecil terlihat bahagia dan sumringah, lain halnya dengan pria dewasa itu, ekspresinya sangat emm buruk? Entahlah jika dilihat lebih dekat mungkin seperti kelelahan, capek dan bosan? Ya seperti itu kurang lebihnya.

Ia lantas menghampiri keduanya. "Mei'er! Riu Wang!!" Teriak Lan Haolin. Untung saja pasar saat itu sedang ramai-ramainya jadi, kerumunan orang tidak terlalu memperhatikan kejadian di sekitar.

Merasa namanya terpanggil, kedua orang itu berbalik badan, melihat siapa gerangan yang memanggilnya. Dan mereka menahan nafas. Wajahnya (LH) sangat merah, dan tatapannya berubah datar. Ooow sepertinya mereka membangunkan singa yang sedang tertidur. Apalagi ini singa betina.

Kedua orang itu saling pandang,  lalu Lan Meimei minta di gendong oleh Riu Wang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher ayahnya, karena takut dimarahi oleh ibunya. Ia (LM) sudah melupakan tujuannya keluar rumah, yaitu untuk mencari ibunya. Dan sekarang ibunya menemukannya di pasar, walaupun  pergi bersama Ayahnya, tetapi alasan apa yang harus ia gunakan untuk menjelaskannya pada ibunya?

"Ayah ibunda sepertinya marah. Mei'er takut" Cicitnya kecil berharap ayahnya mendengar perkataannya.

Tentunya Riu Wang bisa mendengarnya. Hey kultivasi nya tinggi! Jangan karna suara kecil dia tidak bisa mendengarnya! Sungguh bodoh orang yang mempunyai pikiran seperti itu. Jika ia tidak bisa mendengar suara sekecil itu, lalu kekuatannya yang ia punya buat apa jika tidak berguna? Jelas saja itu bukan dirinya.

Menghela nafas sebentar sambil mengusap rambut Lan Meimei "tenang saja sayang. Ada ayah disini. Ibunda tidak berani memarahimu percayalah ok?" Lan Meimei hanya mengangguk di dekapannya (RW).

Akhirnya mereka berdua bertatap muka. Yang satu terlihat marah, yang satu terlihat tenang. Menarik nafas kasar, agar ia menahan amarahnya. Bagaimanapun tidak baik bertengkar didepan seorang anak apalagi mereka tengah berada diluar rumah.

"Kenapa kalian keluar? Mei'er bukan kah ibunda bilang jika kamu di rumah saja hm?"

Lan Meimei yang tadinya menyembunyikan wajahnya di dekapan ayahnya, kini ia berbalik menghadap Lan Haolin. Terdapat penyesalan di wajahnya dan juga err seperti ketakutan. Walaupun ibunya tidak pernah berlaku kasar padanya, tetapi ia jelas tahu apa yang terjadi jika ibunya marah. Ia akan dihukum, hukuman paling ringan yaitu mencatat banyak pelajaran dari ibunya hingga tangannya sakit, dan paling berat yaitu ia tidak boleh main lagi dengan Jimi.

"Ibunda maaf" Cicitnya. Menunduk memainkan ujung roknya. Ia tidak berani bertatap muka dengan ibunya.

Lan Haolin mengindahkan perkataan Lan Meimei. Ia malah menatap Riu Wang. Wajah kesalnya terlihat menggemaskan di mata Riu Wang. "Huh menculik anak orang tetapi tidak bergeming. Hah aku curiga kau itu pangeran abal-abal" Sindirnya.

Lan Hao LinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang