Fiveteen (15)

9K 797 65
                                    

Riu Wang yang menerima pukulan itu tidak membalasnya. Ia hanya berteriak berpura-pura kesakitan. Apakah kalian merasa ia akan sakit hanya dengan pukulan itu? Tentu tidak. Ia merasa jika pukulan itu hanya seperti digigit semut. Yang penting disentuh sama pujaan hati. Batin Riu Wang geli.

Happy reading:*
.
.
.
.
.

Selanjutnya mereka menjelajahi pasar layaknya keluarga bahagia. Bahkan Lan Haolin tidak terlalu mementingkan kemarahan yang sempat ia rasakan tadi. Itu karena putri semata wayangnya terlihat bahagia. Ia tidak mau egois menghancurkan kebahagiaan putrinya demi ego nya semata. Andai kamu tahu nak, ibunda mu ini sangat memanjakanmu.

Banyak pasang mata menatap kearah mereka, ada yang iri, ada yang sirik, ada yang menjerit jerit tidak jelas. Betapa beruntungnya mempunyai suami yang romantis. Begitulah kira-kira pemikiran penghuni pasar. Tidak lama mereka bergegas kembali, sebab matahari ingin beranjak keperaduannya.

Setelah kembali dari pasar, Riu Wang membawa Lan Meimei ke tempat tinggalnya. Lain halnya dengan dirinya. Ia akan pergi menemui Lan Haolin di kamarnya.

Setelah sampai di luar kamar, Riu Wang mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia tidak ingin membuka pintu sembarangan, takutnya ada hal yang tidak semestinya ia lihat dan malah membuat tujuan awalnya datang menemui Lan Haolin terlupakan.

Haha u know what i meann~~

Riu Wang mengetuk pintu dan di sahuti oleh Qing Fei dari dalam. Lan Haolin mengizinkan Riu Wang masuk ke kamarnya. Toh semua penghuni sudah terbiasa akan keberadaan makhluk Tuhan yang tidak jelas satu ini.

"Ada apa kamu menemuiku?" Tanya Lan Haolin. Riu Wang tidak menjawab sejenak melainkan menoleh kearah Qing Fei. Lan Haolin mengerti dari pandangan Riu Wang bahwa ia ingin berbicara berdua saja dengannya.

"Oh Qing Fei tolong lihat Mei'er takutnya dia berbuat ulah lagi"

Qing Fei segera pamit undur diri.

"Jadi?" Singkat jelas dan bermakna.

Riu Wang duduk di salah satu kursi yang tersedia. Ia pertama-tama menghela nafasnya sebentar seakan-akan ia berat untuk meninggalkan tempat ini.

"Aku harus pergi" 

Riu Wang menoleh ke wajah Lan Haolin dengan tatapan lesu dan malasnya. Ia menatap lekat wajah itu, walaupun tidak cantik seperti gadis gadis yang mendekatinya selama ini, tetapi ia tidak mempermasalahkan itu, menyimpan wajah ini dimemori nya seolah-olah jika ia melewatkannya ia akan tersiksa rindu yang berat.

Rindu itu berat, kamu gak akan kuat. Biar aku saja;')

Lan Haolin mengerutkan kening. "Pergi kemana?" Rasanya setelah mendengar pengakuan Riu Wang, ia merasa sedih dan emm tidak rela? Pasalnya ia sudah terbiasa bahkan nyaman dengan kehadiran serta tingkah aneh dan menggoda pria didepannya ini.

Segera ia menormalkan ekspresinya. Ia tidak mau isi hatinya terungkap di depan Riu Wang.

Tetapi terlambat, Riu Wang sudah menyadarinya terlebih dahulu.

Melihat sorot Lan Haolin yang merasa sedih atas kepergiannya. Diam-diam Riu Wang puas di dalam hatinya. Bukankah ini artinya aku memiliki tempat di hatinya walaupun sedikit? Pikirnya.

Lan Hao LinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang