Thirteen (13)

8.7K 795 31
                                    

Mata Ketua Sekte dan Tetua Dai melotot. Jika tembakan itu tepat sasaran, bukankah lengan mereka yang akan bolong? Sial wanita ini sangat keji. Batin mereka berdua.


Jadi manteman, aku minta maaf kemarin kan ada 'pasukan bertopeng', nah itu aku lupa nulis kemunculan pasukan itu. Jd singkat aja itu sebenarnya HD yang mengikut Lan Haolin sejak masuk ke Sekte itu, cuma si Haolin nyuruh buat menyamarkan Aura mereka, nah baru dah mereka bisa muncul pas adegan baku hantam wkkw:v

Happy Reading:*
.
.
.
.
.

"Baiklah, kita akhiri saja semua ini. Aku sedang berbaik hati, maka kalian akan kuberi 2 pilihan " Kata Lan Haolin sembari menujukkan dua jarinya.

Ketua Sekte mengernyitkan dahi. Permainan apalagi yang akan dia mainkan? Pikirnya.

Lan Haolin menyeringai "Pertama, tinggalkan hidupmu dan pergi menemui raja Yama sesuai tujuan awalku. Kedua, menjadi pengikutku! Sederhana bukan? Aku tidak meminta kompensasi atas kedua pilihan itu".

Betapa tidak tahu malu!! Batin semua orang termasuk Qing Chuan dan Hao Zi. Bahkan Qing Chuan yang notabene nya berada di sisi Lan Haolin setiap waktu, masih terpengarah akan ketebalan wajah Miss nya.

"Wanita tak tau malu!"
"Apa yang wajah tebal! Wanita ini memiliki ketebalan wajah diatas rata-rata! "

Seru para Tetua yang tidak Terima bahwa hidup mereka akan ada ditangan seorang wanita kecil yang bahkan umurnya jauh dibawah mereka.

Sayangnya Lan Haolin tidak mengindahkan ucapan mereka. Ia menganggapnya sebagai angin lalu.

"Tunggu dulu! Apanya kompensasi!? Kamu yang menyerang kami, kamu yang merugikan kami! Kompensasi pantat mu! Seharusnya kami yang meminta kejelasan atas semua ini!! " Teriak tetua Dai yang disetujui oleh Tetua Sekte yang lain. Of course kecuali dua sejoli itu.

Lan Haolin yang mendengar seruan Tetua Dai mulai mengangkat lagi pistolnya, mengarahkannya ke dahi Tetua Dai. "Adakah aku memintamu berbicara tentang kejelasan? Aku hanya menginginkan jawaban hidup atau mati!"

Lan Haolin mengarahkan telunjuknya pada pelatuk. Jika ditekan, maka habis sudah nasib Tetua Dai. "Jika jariku menekan pelatuk ini, kupastikan isi kepalamu berceceran berbarengan dengan mereka hahahhaha" Tawa jahat Lan Haolin menguasai ruang itu. Mereka merinding mendengarnya. Seperti tawa malaikat maut. Batin mereka semua.

Ketua Sekte paham bahwa hidup mereka ada di tangannya. Jika mereka ingin hidup maka pilih hidupmu, jika mereka bersedia bertemu raja Yama, maka pilihan pertama cocok untuk itu.

"Aku tidak akan sudi menjadi pengikutmu!!" Seru salah satu Tetua yang tengah berjuang kesakitan akibat luka yang di deritanya.

Dor!!  Suara tembakan menggema. Lan Haolin meniup senjatanya. "Lihat, inilah pilihannya, aku tidak memaksa bukan?" Katanya sembari menatap kerumunan yang tengah melihat salah satu saudara mereka mati.

Melihat adegan tembak didepan mata mereka, mereka langsung menelan saliva. Menggigil. Apa yang harus dilakukan. Mereka tidak mau mati, tapi juga tidak mau menjadi pengikut seorang bocah kecil. Apalagi ini seorang wanita. Mau taruh dimana wajah mereka sebagai generasi yang lebih tua.

Melihat masih tidak ada jawaban. Lan Haolin berdecak. "Saya bukan penyabar. Saya beri kalian waktu lima detik untuk menentukan  pilihan. Jika masih tidak ada jawaban, jangan salahkan aku jika Sekte ini rata dengan tanah"

Lan Hao LinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang