Seorang wanita terlihat berjalan mengelilingi pasar, namun karna warna rambutnya yang unik, wanita tersebut menjadi pusat perhatian oleh seluruh pengunjung pasar. Walau begitu dirinya tetap menikmati suasana pasar tanpa merasa terganggu sedikitpun.
"Nona Leviea!"
Merasa ada yang memanggil namanya, wanita berambut perak tersebut berbalik untuk melihat ke arah orang yang tadi memanggilnya.
"Nona, tolong jangan berkeliaran sendiri. Setidaknya, tunggulah saya untuk pergi bersama anda..." Ucap seorang wanita berambut hijau muda.
"Disini bukanlah Vierta, Helen. Kamu tidak perlu menemani dan mengikutiku terus." Ucap Leviea lembut.
Wanita yang dipanggil Helen tersebut menggeleng cepat. "Tidak. Justru karna disini bukanlah Vierta, makanya saya harus berada di sisi anda, nona. –Bagaimana jika ada penjahat yang menculik anda?" Tanyanya menuntut yang langsung membuat Leviea tersenyum tipis.
"Topi untukku?" Tanya Leviea yang langsung membuat Helen memakaikan topi tersebut untuknya.
Helen mengangguk. "Saya membawanya untuk berjaga-jaga agar tidak ada orang yang memperhatikan nona." Jawab Helen setelah selesai memakaikan Leviea topi.
Leviea tersenyum manis. "Terimakasih, Helen."
"Ini sudah tugas saya, nona." Balas Helen ikut tersenyum.
Mereka lanjut berjalan dalam keheningan sebelum akhirnya Leviea berbicara,
"Tolong temani aku sampai akhir ya, Helen..." Ucap Leviea sambil tersenyum manis, namun bagi Helen yang selalu berada di sisi nona-nya, senyuman tersebut bukanlah senyuman manis, namun senyum yang penuh dengan kesedihan.
Di balik mata ungu-nya yang berkilau layaknya permata itu terdapat begitu banyak kesedihan, kemarahan, dan penyesalan.
"Saya akan selalu bersama nona. Bagi saya, nona adalah dewi saya." Ucap Helen bersungguh-sungguh yang mana langsung membuat Leviea terkekeh. "Kamu terlalu berlebihan, Helen."
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mengelilingi pasar.
"Nona," Panggil Helen pelan membuat Leviea menatap ke arahnya. "... Apa anda harus melakukan itu? –Kita sudah tidak berada di kerajaan Vionesta lagi. Jadi, anda tidak perlu melakukannya lagi..." Tanya Helen pelan.
"Aku harap juga begitu. Namun, aku tidak bisa menolak permintaan mereka untuk kepentingan diriku sendiri." Balas Leviea.
"Tapi mereka memanfaatkan anda untuk kepentingan diri mereka sendiri, nona. Mereka memanfaatkan anda." Balas Helen kesal.
Leviea tersenyum menatap Helen. "Terlepas dari semua maksud mereka, itu semua sudah menjadi tugas dan tanggung jawabku untuk membantu siapapun yang membutuhkan pertolonganku." Jelas Leviea sambil mengusap kepala Helen.
Bagi Leviea, Helen sudah seperti adik kandungnya. Mengingat Helen yang masih begitu muda namun sudah bekerja di tempatnya karna masalah keluarga.
"Apa masih banyak waktu?" Tanya Helen penuh harap.
Leviea mengangguk. "Ya, selama aku tidak menggunakannya, maka aku masih bisa bertahan untuk beberapa tahun ke depan." Jawab Leviea sambil tersenyum.
"Kalau begitu jangan gunakan lagi," Mohon Helen.
Leviea tersenyum tipis. "Aku tidak yakin untuk tidak dihadapkan pada situasi yang mengharuskanku menggunakannya. –Seperti yang kamu tahu, aku tidak bisa menolak." Ucap Leviea membuat Helen merasa sedih.
Melihat Helen yang murung, Leviea langsung tersenyum dan bertepuk tangan sekali agar Helen kembali menatapnya.
"Tidak perlu mengkhawatirkan kondisiku. –Bagaimana jika kamu bercerita saja. Sudah lama kan kamu tidak menceritakan hal seru padaku?" Pinta Leviea.
Helen langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Hmm~ Kalau begitu ada begitu banyak hal yang membuat saya takjub dan merasa bahwa 'Hm, ternyata kerajaan Solvench tidak buruk juga.'"
Dengan cepat Leviea mengangguk setuju, "Aku juga merasa seperti itu saat pertama kali tiba disini namun, kamu sendiri kenapa bisa berpikiran seperti itu?" Tanya Leviea penasaran.
"Itu karna...."
φ~ώ
"Apa yang kita lakukan disini, yang mulia?" Tanya seorang pria berambut merah penuh kebingungan.
"Jangan panggil aku yang mulia, Lorenz. –Kita sekarang sedang melakukan penyamaran." Ucap pria yang menggunakan tudung jubah dengan tegas.
"Lalu saya harus memanggil anda apa?" Tanya pria berambut merah itu, lagi.
"Hendery." Jawab pria tersebut sambil membuka tudung jubahnya.
Pria bernama Lorenz tersebut langsung membelalakkan matanya. "Bagaimana bisa saya memanggil nama anda, yang mulia!" Ujarnya tidak terima.
Hendery berdecak dan menatap Lorenz yang merupakan ksatrianya itu kesal. "Lakukan atau kembalilah!" Ucap Hendery penuh penekanan.
Lorenz langsung menutup mulutnya dan ikut melihat-lihat sekitar, namun kemudian dia menyadari sesuatu.
"Sebenarnya apa yang sedang kita lakukan?" Tanyanya untuk kedua kalinya sambil menatap Hendery bingung.
Hendery terdiam sejenak setelahnya tersenyum tipis. "...Mencari seseorang." Jawabnya singkat, masih fokus memperhatikan sekitar.
Tanpa basa-basi, dengan tegas Lorenz berucap, "Bagaimana ciri-cirinya? Saya akan membawanya langsung ke hadapan anda. Anda tidak perlu menunggu seperti ini, yang mulia."
Mendengar ucapan Lorenz, Hendery langsung mampu membayangkan bagaimana Lorenz mengancam orang yang ingin ditemuinya. Setelahnya dia segera mendengus kesal dan berbalik menatap Lorenz tajam.
"Sudahlah! Diam dan ikuti saja aku, paham?" Ucap Hendery penuh penekanan yang langsung membuat Lorenz tersentak dan mengangguk patuh.
Setelah membuat Lorenz diam, Hendery kembali menatap ke arah jalanan. Dan tepat saat Hendery berbalik, dia melihat seorang wanita bertopi biru yang sedang berjalan bersama seorang wanita berambut hijau cerah.
Awalnya dia terlihat tidak peduli, namun setelah memperhatikannya lagi, rupanya wanita bertopi biru tersebut adalah orang yang dicari-carinya.
Hendery menyeringai sambil memakai kembali tudung jubahnya dan keluar dari dalam gang, begitupula dengan Lorenz yang langsung mengikuti Hendery setelah memakai tudung jubahnya juga.
"Lorenz, aku punya tugas untukmu..." Ucap Hendery tersenyum penuh arti.
Dan saat itu pula Lorenz merasakan firasat buruk yang akan menimpanya, membuatnya menelan ludahnya kasar, namun hal yang dikatakan Hendery setelahnya justru malah membuatnya tersedak ludahnya sendiri dan menatap Hendery tak percaya.
Yang mulia!!?... Batinnya pasrah.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Have A Chance [Slow Update]
FantasyCan I ~ Series Title: Have A Chance Genre: Fantasy, Reincarnation, Sad-romance Description: Seleviea Ibel le Vionesta, putri dari kerajaan suci yang hampir runtuh. Dia merupakan salah satu manusia istimewa yang hanya terlahir setelah seribu tahun. S...