Seorang pria berambut pirang terlihat sedang menyusuri pasar yang dipenuhi oleh para penjual dan pembeli. Namun, pria tersebut tidak datang kesana untuk menjual maupun membeli barang. Tujuan kedatangannya adalah... Mencari seseorang.
"Apa kamu berbohong?" tanya pria tersebut pada pria berjubah yang berjalan mengikutinya di belakang.
"Untuk apa aku berbohong padamu, Raven." Jawab pria berjubah itu malas.
Pria berambut pirang bernama Raven itu berdecak. "Ck, lalu kenapa nona berambut perak itu belum datang juga, Lorenz Albert." Ucap Raven sambil menatap pria di belakangnya kesal.
Pria di belakangnya itu langsung membuka tudung jubahnya kasar dan memperlihatkan rambut merah terangnya yang sedikit berantakan.
"Lalu untuk apa kamu membawaku kesini juga, Raven Aschel?" Tanya Lorenz datar, membuat Raven berpindah ke sampingnya dan tersenyum manis dengan maksud agar Lorenz tidak marah.
"...Itu karna aku semalam tidak bisa tidur. Aku takut kalau aku akan kehilangan jejaknya karna tidak fokus. Dan lagi, kamu kan sudah pernah melihat nona berambut perak itu, jadi kamu pasti bisa dengan mudah menemukannya..." Jelas Raven dengan senyumannya membuat Lorenz mendengus.
"Menyusahkan saja!" Gumam Lorenz pelan namun masih bisa didengar oleh Raven yang berdiri tepat di sampingnya.
Raven langsung menatap Lorenz kesal. "Ini salahmu, Lorenz!" Ucap Raven tiba-tiba.
"Memangnya apa salahku?" Tanya Lorenz tidak mengerti dan membuat Raven makin kesal, namun Raven langsung mengelus dadanya dan bergumam pelan,
"Sudahlah! Lupakan saja."
Tiba-tiba dari seluruh penjuru pasar, terdengar suara bisikan orang-orang yang langsung membuat Lorenz tersenyum tipis, berbeda dengan Raven yang justru kebingungan dan menatap sekelilingnya heran.
"Apa yang sedang orang-orang ributkan?" Bisik Raven pada Lorenz yang telah lebih dulu mengarahkan tatapannya ke arah seorang wanita bertopi biru.
"Wanita itu memakai topi yang kemarin..." Gumamnya pelan.
Raven langsung mengikuti arah tatapan Lorenz dan langsung berdiri tepat di depannya, bermaksud untuk menghalangi pandangannya. Dan hal tersebut langsung membuat Lorenz menatapnya datar.
"Tidak sopan menatap seorang wanita muda seperti itu, Lorenz." Ucap Raven cepat.
Namun Lorenz tidak membalas dan masih menatapnya datar, membuat Raven mau tidak mau menyingkir perlahan dan berbalik menatap ke arah wanita bertopi biru di ujung jalan tak jauh dari tempat mereka berada.
Lorenz menatap Raven sekilas. "Wanita itu."
Setelah mengatakan hal tersebut, Lorenz langsung memakai tudung jubahnya dan berlalu pergi meninggalkan Raven seorang diri.
Di sisi lain, Raven yang baru menyadari bahwa wanita bertopi biru itulah yang dimaksud oleh Lorenz langsung terpesona.
"Rambut perak yang indah berkilauan di bawah sinar matahari pagi. Cahaya keunguan yang terpantul dari rambut peraknya dan mata ungu yang berkilau bagaikan permata porte. Sungguh, inilah kesempurnaan dari keajaiban dan keagungan Vina." Gumam Raven tanpa sadar.
Setelah terpaku beberapa saat, akhirnya Raven pun tersadar dan langsung berjalan menjauh untuk bersembunyi. Tidak lupa pula dia mengeluarkan buku yang sudah berisi beberapa informasi tentang Leviea, serta pulpen untuk mengisi beberapa informasi tambahan lainnya.
"Pantas saja yang mulia menolak semua wanita yang dikenalkan pada beliau. Ternyata wanita seperti dia lah yang disukai oleh yang mulia. –Memang sih, tidak ada wanita yang memiliki keindahan seperti yang dimiliki wanita itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Have A Chance [Slow Update]
FantasyCan I ~ Series Title: Have A Chance Genre: Fantasy, Reincarnation, Sad-romance Description: Seleviea Ibel le Vionesta, putri dari kerajaan suci yang hampir runtuh. Dia merupakan salah satu manusia istimewa yang hanya terlahir setelah seribu tahun. S...