Prolog

72 12 0
                                    

"Pangeran, yang mulia raja memerintahkan anda untuk segera kembali ke ibukota." Kata seorang ksatria berambut merah sambil memberikan pedang pada seorang pria berambut kuning keemasan.

Pria yang dipanggil pangeran tersebut langsung mengambil pedang dan mengikatnya di pinggangnya.

Waktunya kembali, ya... Gumamnya pelan.

"Apa ada pesan lainnya?" Tanya pangeran tersebut.

Sang ksatria menganggukkan kepalanya. "Di pesan beliau mengatakan bahwa sekarang sudah waktunya, yang mulia." Jawabnya.

Pangeran tersebut mengangguk singkat lalu berjalan keluar dari tenda diikuti ksatrianya dari belakang.

"Yang mulia, kita sudah memenangkan perang. Dan menurut rencana, sudah saatnya anda mencari wanita yang dapat menjadi pendamping hidup dan juga dapat menjadi sumber kekuatan..."

Pangeran tersebut menghentikan langkahnya dan berbalik menatap sang ksatria. "Jadi maksudmu... Sudah waktunya aku mencari wanita? Itu yang kamu maksud sudah waktunya tadi?" Tanya pangeran datar.

Ksatria tersebut menganggukkan kepalanya ragu. "Benar, yang mulia." Jawabnya pelan.

Pangeran itu langsung menghela napas,

Sialan. Batinnya kesal.


φ~ώ


Seorang pria terlihat menghampiri dan berbisik pada pria berambut merah yang tak lain adalah ksatria sang pangeran. Setelahnya ksatria tersebut menganggukkan kepalanya dan pria tersebut berlalu pergi.

Ksatria tersebut mendekati sang pangeran. "Yang mulia." Panggilnya membuat sang pangeran meliriknya dari samping. "Persiapan kembali ke ibukota sudah hampir selesai." Sambungnya.

Pangeran tersebut mengangguk. "Kalau begitu aku pergi duluan, yang lainnya menyusul." Ucap sang pangeran.

Ksatria tersebut mengangguk dan memberi hormat. "Kalau begitu saya akan mengawal anda, yang mulia." Ucapnya.

Sang pangeran hanya mengangguk singkat lalu menaiki kuda putihnya yang terlihat gagah.

"Kita pergi Dash." Ucap sang pangeran, setelahnya memacu kudanya cepat.

Pangeran dan kudanya pergi meninggalkan tempat yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama beberapa bulan terakhir itu. Tak tertinggal jauh, sang ksatria juga mengendarai kuda coklatnya mendampingi pangeran tersebut.

Saat pangeran tersebut hendak memacu kudanya agar berlari lebih cepat, tiba-tiba matanya melihat pantulan cahaya keperakan dari rambut seorang wanita yang berwarna serupa. Wanita tersebut sedang duduk santai di bawah sebuah pohon. Karna merasa tertarik, pangeran tersebut turun dari kuda-nya dan menariknya menuju ke arah wanita tersebut.

Wanita berambut perak tersebut tersentak kaget saat dirinya mendengar suara hentakan kaki yang menuju ke arahnya. Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah ketika dirinya melihat kehadiran seorang pria asing berambut kuning keemasan yang sedang menarik tali seekor kuda putih.

Untuk sesaat wanita itu termenung karna melihat warna rambut sang pria yang berkilauan. Masih menatap sang pria yang tinggal beberapa meter di depannya, akhirnya wanita tersebut tersadar dan langsung beranjak, bersiap untuk pergi.

Melihat pergerakan sang wanita yang terburu-buru, pangeran tersebut mengernyitkan dahinya bingung.

"Hei! Nona berambut perak!" Teriaknya membuat wanita tersebut berhenti.

Karna kaget atas teriakan yang tiba-tiba, akhirnya wanita tersebut memutuskan untuk langsung berlari pergi.

Sang pangeran ingin mengejar wanita tersebut, namun pergerakannya terhenti karna mendengar suara panggilan dari kejauhan, membuatnya harus mengurungkan niatnya untuk mengejar wanita tersebut.

"Yang mulia!! –Sedang apa anda disini?" Tanya ksatria berambut merah yang langsung membuat pangeran tersebut menatapnya kesal.

"Kenapa anda berhenti, yang mulia?" Tanyanya lagi membuat pangeran tersebut menghembuskan napasnya pelan.

"Tidak ada." Jawab sang pangeran singkat.

Setelahnya pangeran tersebut berbalik menatap ke arah dimana wanita berambut perak tersebut berlari.

Kenapa dia pergi? –Padahal aku baru saja tiba. Batin pangeran tersebut bingung dan penasaran.

Kemudian pangeran tersebut menaiki kudanya dan berlalu pergi. Sedangkan sang ksatria ikut memandangi arah yang tadi dipandangi sang pangeran. Kemudian dia mendapati sosok wanita asing berambut perak yang berlari menjauh.

Siapa dia?... Batinnya bertanya-tanya, namun dia langsung bergegas pergi menyusul sang pangeran yang sudah lebih dulu melaju pergi.

Selama di perjalanan, sang pangeran selalu saja memikirkan wanita berambut perak tersebut. Sang pangeran terus tersenyum dan hal itu pun berdampak pada aura di sekitarnya, membuat ksatria yang mengikutinya mengernyit bingung.

"Yang mulia, apa yang membuat anda tampak senang?" Tanya ksatria tersebut penasaran. Berbeda lagi dengan sang pangeran yang justru malah semakin melebarkan senyumannya.

"Akan aku katakan di lain kesempatan." Jawabnya singkat. Lalu turun dari kudanya dan masuk ke pekarangan istana.

"Apa perlu saya temani anda melapor, yang mulia?" Tanya sang ksatria yang berjalan di belakangnya.

Pangeran tersebut menggeleng dan menjawab, "Tidak perlu. Kamu langsung atur para prajurit dan beristirahatlah."

Setelahnya dia berlalu pergi meninggalkan ksatria berambut merah tersebut.


TBC

Have A Chance [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang