Chapter 15

7 2 0
                                    

"Wilayah barat sendiri dikenal sebagai wilayah pemasukan bahan pangan terbesar, karna wilayah mereka adalah wilayah tersubur di seluruh kerajaan. Dari kitab yang pernah saya baca, tanah mereka adalah tanah yang diberkati oleh dewi pangan, karna dulunya kepala keluarga penguasa wilayah mereka pernah menolong sang dewi pangan yang saat itu terdampar di dunia kita."

"Dewi pangan?!" Lagi-lagi Leviea dikejutkan oleh kebenaran yang dijelaskan Dirsha.

Yang pertama keluarga taran, setelahnya bangsa elf, sekarang dewi pangan, setelah itu apalagi? Batin Leviea sedikit meragukan kenyataan yang didengarnya karna terlalu tidak menyangka.

Dirsha bangkit dari tempat duduknya dan mengambil sebuah buku lalu menyerahkannya pada Leviea. Leviea membuka buku tersebut dan ternyata buku tersebut adalah buku mengenai penjelasan setiap wilayah.

"Wilayah timur adalah wilayah yang memiliki pemasukkan terbesar di antara seluruh wilayah..." Gumam Leviea sambil menatap Dirsha bertanya meminta penjelasan.

"Benar. Keluarga penguasa wilayah timur adalah seorang pedagang dan lagi, wilayah tersebut memiliki pelabuhan dimana pelabuhan digunakan sebagai pusat dari transaksi jual-beli. Maka dari itu, wilayah timur adalah wilayah yang sangat kaya. Tidak terlalu berlebihan bila mereka disebut sebagai brankas keuangan kerajaan ini."

Leviea mengangguk paham. "Pantas saja kerajaan Solvench menjadi kerajaan terbesar di seluruh benua... Setiap wilayahnya saja saling melengkapi kebutuhan kerajaan." Ucap Leviea yang hanya dibalas senyuman oleh Dirsha.

"Ah! Benar juga. –Kalau setiap wilayah memiliki peran yang begitu besar di kerajaan, lalu bagaimana dengan kerajaan sendiri? Apa peran mereka?" Tanya Leviea.

"Keluarga kerajaan adalah penengah, putri. Sifat serakah setiap orang tidak mungkin hilang, bukan? Makanya, kerajaan menjadi penengah dan pusat untuk semua wilayah. –Walaupun setiap wilayah berencana ingin menjatuhkan mereka, maka rencana mereka akan tetap gagal."

Leviea mengernyit tak mengerti. "Kenapa?"

Dirsha tersenyum. "Karna, semua sudah ditetapkan dan di tempatkan pada tempatnya masing-masing."

Mendengar jawaban Dirsha yang penuh arti membuat Leviea mengerjabkan matanya pelan. "Maksud anda... Kehendak dewi?" Tanya Leviea ragu.

Dirsha menatap Leviea dan tersenyum. "Benar, putri."

Leviea mengangguk mengerti. "Kalau begitu, yang menjadi tangan untuk kehendak dewi adalah para pendeta. Benar kan, Dirsha?"

Sejenak Dirsha melebarkan matanya, setelahnya dia tersenyum bangga. "Anda benar, putri. – Memang benar kalau pihak pemerintah maupun keagamaan tidak diperbolehkan untuk saling mencampuri urusan masing-masing, namun, jika susunan wilayah ini sendiri menjadi kacau hingga membuat keseimbangan dunia pecah, maka kita lah yang harus membenahi dan menjalankan kehendak beliau." Jelas Dirsha membuat Leviea mengangguk paham.

"Pihak keagamaan menjadi penyeimbang seluruh wilayah kerajaan ini, ya. Lalu, apa kita memang harus membantu keluarga kerajaan?" Tanya Leviea penasaran.

"Harus, putri. Seperti yang saya bilang, semua sudah ditetapkan dan di tempatkan ditempatnya masing-masing." Jawab Dirsha membuat Leviea mengangguk pelan.

"...Namun anda jangan khawatir, putri." Mendengar ucapan Dirsha yang tiba-tiba membuat Leviea menatapnya bingung. "Karna saya akan tetap lebih memperioritaskan anda." Sambung Dirsha sambil tersenyum.

Leviea mengangguk dan balas tersenyum seadanya. "Saya tidak tahu apa yang anda maksud namun, saya merasa tersentuh mendengarnya. Terima kasih, Dirsha." Ucap Leviea tulus.

Have A Chance [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang