Hendery menolak setiap usulan yang diberikan para bangsawan. Dengan wajah datar dan mata tajamnya, Hendery menatap malas para bangsawan yang masih ribut memperdebatkan tentang pernikahannya.
"Apa alasan yang mulia hingga menolak semua calon yang sudah diusulkan?" Tanya seorang pria menatap Hendery kesal.
"Apa anda ingin menunggu sampai pangeran Millear menang? –Apa anda tidak memikirkan semua usaha yang kami kerahkan untuk anda selama ini, yang mulia?" Lanjut yang lainnya membuat suasana yang tadinya ribut semakin menegang.
Hendery menutup matanya sambil bersidekap membuat orang-orang menatapnya bingung. Adapula yang menatapnya kesal karna sikapnya yang seakan-akan tidak peduli dan meremehkan mereka.
"...Memikirkan usaha yang kalian lakukan?... Untukku?" Hendery berucap datar yang mana membuat seluruh penghuni ruangan tersentak. Apalagi saat Hendery membuka mata biru saphire-nya dan menatap tajam para bangsawan itu satu-persatu.
"...Usaha yang kalian katakan dan lakukan tersebut bukanlah untukku, melainkan untuk diri kalian sendiri... Apa aku salah?" Lanjut Hendery membuat suasana semakin mencekam.
"Kalian pikir aku sebegitunya membutuhkan bantuan dan dukungan dari kalian hingga membuat kalian bisa seenaknya memutuskan apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya lagi, namun tidak ada satupun dari mereka yang berani menyela maupun menjawab.
"Aku hanya memberikan kalian kesempatan. Jika aku mau, aku bisa menyerahkan semua berkas tentang kejahatan kalian dan menghukum mati kalian semua di alun-alun. –Jadi, bertingkahlah sewajarnya." Ucap Hendery penuh penekanan di akhir kalimat.
Setelahnya Hendery dan Raven keluar ruang pertemuan membuat beberapa bangsawan bernapas lega, namun adapula yang menatap kepergiannya dengan penuh dendam dan amarah.
"Raven," Panggil Hendery.
Raven memajukan langkahnya mendekati Hendery. "Ya, yang mulia."
"Tetap awasi pergerakan mereka, terutama si Cordel itu." Ucap Hendery yang langsung dianggukki Raven. "Baik, yang mulia." Jawabnya.
"Aku lelah..." Gumam Hendery yang didengar oleh Raven.
"Setelah ini makan malam bersama keluarga kerajaan, yang mulia." Beritahu Raven membuat Hendery mengernyit. "Maksudmu?" Tanyanya bingung.
"Yang mulia raja mengadakan acara makan malam bersama anggota keluarga kerajaan lainnya untuk menyambut kepulangan anda." Jawab Raven yang langsung membuat Hendery menghela napas panjang.
"Ya sudah, aku pergi sekarang." Ucap Hendery berlalu pergi, tak lupa pula Raven memberi Hormat dan setelahnya kembali ke ruang kerjanya.
φ~ώ
"Pangeran ketiga, Hendery Eidj de Solvench memasuki ruangan."
Setelahnya pintu terbuka dan menampakkan pemandangan para anggota keluarga kerajaan yang duduk saling berhadapan. Nampak jelas bahwa di antara mereka tidak ada rasa kekeluargaan. Membuat siapa saja yang berada di posisinya saat ini pasti akan merasa sesak karna kesulitan bernapas.
Hendery memasuki ruangan yang menyesakkan itu dengan wajah datarnya.
"Selamat datang kembali, yang mulia pangeran." Sambut seorang wanita berambut biru muda dan bermata merah muda yang merupakan seorang permaisuri raja.
"Terimakasih, Permaisuri Luna." Ucap Hendery sambil menatap sekilas permaisuri Luna yang tersenyum manis ke arahnya.
Raja memiliki banyak selir, namun beliau hanya memiliki empat istri sah, yang mana ketiganya menjabat sebagai permaisuri. Permaisuri Luna adalah salah satunya. Beliau adalah permaisuri ketiga kerajaan Solvench.

KAMU SEDANG MEMBACA
Have A Chance [Slow Update]
FantasyCan I ~ Series Title: Have A Chance Genre: Fantasy, Reincarnation, Sad-romance Description: Seleviea Ibel le Vionesta, putri dari kerajaan suci yang hampir runtuh. Dia merupakan salah satu manusia istimewa yang hanya terlahir setelah seribu tahun. S...