Chapter 16

4 2 0
                                    

Seorang wanita berambut indigo terlihat berjalan di lorong yang sepi sambil melihat-lihat ke sekelilingnya. Saking fokusnya melihat-lihat, dia pun tanpa sengaja menabrak seorang pria.

"Astaga!" Pekik wanita tersebut kaget.

Pria yang ditabraknya tersebut mejatuhkan buku yang dibawanya. Dengan cepat wanita tersebut berjongkok dan membantu pria tersebut menyusun bukunya.

"Maafkan saya." Ucap wanita itu terburu-buru, setelahnya dia membantu pria tersebut menyusun kembali bukunya.

Pria tersebut menatap wanita berambut indigo itu lekat dan tiba-tiba menyerahkan bukunya kepada wanita tersebut. Dengan ragu dan tatapan bertanya-tanya, wanita itu pun menerima buku-bukunya.

"Bawakan ke ruang kerjaku!" Perintah pria tersebut.

Setelahnya dia berlalu pergi meninggalkan wanita tersebut. Sedangkan wanita tersebut menatap pria dan buku yang dipegangnya secara bergantian. Kemudian dia mengikutinya dari belakang.

Di sepanjang perjalanan tidak ada satupun yang berbicara. Sampai dimana pria tersebut membuka sebuah pintu dan masuk ke dalam. Dengan ragu wanita itu ikut masuk ke dalam dan menutup pintu perlahan.

Pria tersebut duduk di kursinya dan menatap ke arah wanita tersebut yang masih mendekap buku. "Letakkan disini!" Perintahnya menunjuk ke sisi meja kerjanya.

Tanpa banyak kata wanita tersebut meletakkan buku tersebut. Setelahnya pria tersebut mengambil salah satu buku dan membacanya, membuat keadaan di antara keduanya menjadi hening.

Wanita tersebut memperhatikan pria di hadapannya dengan teliti.

Rambut biru gelap..? Kurasa aku pernah melihatnya... Batinnya mengingat-ingat.

Dan karna terlalu serius berpikir, wanita tersebut tidak menyadari bahwa pria dihadapannya tersebut sedang menatapnya.

"Murid baru?" Tanya pria tersebut tiba-tiba membuat wanita tersebut mengerjab pelan. "Aku bertanya apakah kamu murid baru?" Tanyanya lagi.

"Benar, tuan." Jawab wanita itu sopan.

Pria tersebut mengangguk singkat dan kembali membaca bukunya. Berbeda dengan wanita tersebut yang menatapnya menelisik. Hingga tiba-tiba wanita tersebut membelalak kaget dan membatin,

Kalau tidak salah ingat, orang ini adalah salah satu dari empat muridnya pendeta agung. Tuan–

"Nama?" Tanya pria tersebut di sela-sela kegiatan membacanya.

"Nama saya Indine Torquela, tuan Mildred." Jawabnya cepat.

Dan tepat setelah mendengar jawaban Indine pria tersebut kembali menatap ke arahnya. "Jadi kamu sudah mengenalku?" Ucapnya pelan.

Indine menganggukkan kepalanya pelan.

"Kalau begitu aku akan memperkenalkan diriku secara singkat saja," Ucapnya sambil berdiri dan berjalan menghampiri Indine. "Murid pertama pendeta agung serta pendeta utama kuil suci, Evan Mildred."

Indine yang memang sudah mengetetahui identitas Evan yang sesungguhnya hanya tersenyum sopan sebagai balasan. Namun setelah mendengarkan ucapan Evan yang selanjutnya, senyum di wajah Indine menghilang.

"Mulai hari ini kamu menjadi satu-satunya murid di bawah bimbinganku."

Indine mengerjabkan matanya pelan. "Maaf sebelumnya, namun, bisakah anda mengulang kembali kalimat terakhir anda?" Pinta Indine sambil tersenyum canggung.

Have A Chance [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang