Leviea, Helen, dan Zeria saat ini sedang dalam perjalanan kembali setelah menghabiskan waktu bersama. Mereka asik berbincang satu sama lain. Baik Leviea, Helen, maupun Zeria sudah menjadi teman dekat di perkumpulan pertama mereka.
"Putri,"
Leviea menoleh ke arah Zeria, begitupula Helen yang ikut menatapnya bertanya.
"Ada apa, Zeria?" Tanya Leviea karna Zeria hanya menatapnya dan tidak kunjung berbicara.
Zeria menatap Leviea yang tersenyum ke arahnya dengan ragu. "Apa anda tidak penasaran dengan diri saya?"
Leviea maupun Helen keduanya menatap Zeria tidak mengerti.
"Apa anda tidak ingin bertanya mengenai asal usul saya?" Tanya Zeria lagi membuat Leviea berhenti berjalan.
Leviea melihat mata Zeria yang menampilkan tatapan sedih dan ragu miliknya. Zeria sedaritadi memang terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu namun juga tidak ingin mengatakannya.
"Bukannya aku tidak ingin bertanya karna aku tidak penasaran denganmu, Zeria. Namun aku menunggumu siap untuk mengatakannya sendiri. Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman." Jawab Leviea membuat Zeria tertegun.
"Tentu saja aku ingin bertanya karna aku ingin lebih dekat denganmu. Hanya saja aku menunggu waktu yang tepat, setidaknya sampai kamu siap untuk memceritakannya padaku dan Helen." Sambung Leviea yang diangguki Helen.
"Itu benar, Zeria. Justru kami yang harusnya bertanya, apa anda tidak keberatan bila saya dan nona ingin mengetahui lebih banyak tentang anda?" Tanya Helen dengan senyum manisnya.
Zeria menatap Leviea dan Helen yang juga menatapnya dengan senyuman manis.
"Awalnya saya ragu dan takut, namun setelah mendengar jawaban putri dan Helen saya jadi ingin menceritakannya. Tentang saya yang tidak diketahui siapapun selain guru agung dan pendeta utama yang sudah seperti saudara bagi saya." Ucap Zeria pelan.
Leviea dan Helen saling berpandangan, setelahnya tersenyum lebar.
"Jadi kapan-kapan apakah saya boleh menceritakan tentang saya pada anda sekalian?" Tanya Zeria menatap keduanya.
Leviea tersenyum. "Tentu saja, Zeria. Kapanpun kamu siap,"
Mata Zeria terlihat berkaca-kaca. "Terima kasih, tuan putri, nona Helen." Ucapnya dengan senyum manis.
Helen segera menghampiri dan menggandeng tangan Zeria dengan antusias. "Bukankah sudah nona dan saya katakan kalau anda tidak perlu bersikap terlalu formal," Ucap Helen.
Zeria tersenyum canggung. "Akan saya usahakan, He-len." Ucapnya kaku.
"Lagipula benar apa yang dikatakan Helen, Zeria. Jangan terlalu formal. Lama-kelamaan kamu pasti akan terbiasa. Selain itu, kalau mau, kamu juga bisa memanggilku Leviea seperti kamu memanggil Helen,"
Zeria membelalak kaget dan menggeleng panik. "Bagaimana bisa saya memanggil anda dengan nama anda yang mulia, putri." Ucapnya cepat.
"Benar sekali!" Timpal Helen menggebu-gebu.
"Kalaupun di masa depan nanti anda memberikan saya perintah yang sama, saya tetap tidak akan pernah melakukannya." Balas Helen yang juga diangguki Zeria.
Leviea tertawa pelan menatap keduanya yang menolak permintaannya dengan keras. "Baiklah, baiklah. Lakukanlah semau kalian."
Helen pun tersenyum senang dan kembali ke samping kanan Leviea. Begitupula Zeria yang menatap keduanya dengan senang. Lalu, tanpa terasa ketiganya telah sampai di depan pintu ruangan Leviea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Have A Chance [Slow Update]
FantastikCan I ~ Series Title: Have A Chance Genre: Fantasy, Reincarnation, Sad-romance Description: Seleviea Ibel le Vionesta, putri dari kerajaan suci yang hampir runtuh. Dia merupakan salah satu manusia istimewa yang hanya terlahir setelah seribu tahun. S...