Dua Puluh Empat

8 3 0
                                    

"Ah, udah cukup kayaknya buat cemilan nanti malam." Fela bergumam sendiri sembari melihat-lihat barang belanjaannya di keranjang yang ia pegang.

Fela berjalan menuju kasir yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Dia meletakkan belanjaannya di meja kasir, untuk di hitung dan di bayar.

Setelah serah terima barang dan uang, Fela keluar dari minimarket untuk menuju rumah. Dikarenakan jarak minimarket dan rumahnya tidak terlalu jauh, jadi Fela memilih untuk berjalan kaki saja.

Entah memang kebetulan atau takdir. Diberlawanan arah, Fela menemukan Azka. Ia sedang berada di pos satpam perumahan Fela.

Azka---yang menyadari akan kehadiran Fela langsung membalikan badannya.

"Kiw, cantik." Azka mengedipkan sebelah mata genit.

Fela tidak mengubris Azka. Ia mempercepat tempo jalannya untuk menghindari kejahilan cowok itu.

Azka langsung berlari mengejar Fela. "Eh? Tunggu!" ucapnya.

Saking terlalu kencangnya Azka berlari, sampai-sampai ia menubruk punggung Fela hingga jatuh tersungkur.

Fela menggeram kesal. Sorot matanya begitu tajam saat menatap Azka. Mungkin jika ini sedang di dunia animasi. Maka, mata Fela akan mengeluarkan cahaya yang begitu menusuk lawan. Saking marahnya dia!

"Dasar setan!" pekik Fela menendang kaki Azka cukup kuat. Lalu pergi begitu saja.

"Sakit mak..." ringis Azka mengelus-elus kakinya dengan lembut.

"Tuh cewek kenapa, sih?" lanjutnya.

*****

Selepas kejadian Fela meninggalkan Azka tanpa sepatah kata apapun. Azka jadi segan untuk bertemu dengan Fela, bahkan mengirimnya pesan chat pun tidak mau. Pikirannya hanya satu. Mungkin dia sedang ada masalah, dan tidak mau di ganggu olehnya.

Disisi lain, Fela sedang memainkan handpone nya. Membuka aplikasi secara random. Tidak ada yang menarik baginya kali ini, sudah dua hari Azka tidak ada mengirimnya pesan. Padahal dia sudah harap-harap bahwa Azka akan mengirimnya pesan.

Suara telepon dari whatsApp terdengar nyaring. Tanpa melihat nama yang tertera, Fela langsung mengangkatnya begitu saja, yang ada dikepalanya kali ini hanya satu. Dan dia kira itu yang menelponnya.

"Halo ka?" ucap Fela dengan senyum mengembang.

"Ha? Apa kata lo? Ka? Gak salah?" ujar seseorang disebrang sana. Itu Nadya.

"Eh? Nadya?" Fela sempat merutuki dirinya sendiri karena tidak melihat dulu siapa yang menelpon.

"Ada apa?" lanjutnya dengan kikuk.

"Gue mau ngungsi ke rumah lo. Gapapakan?"

"Gak! Gak boleh." tolak Fela mentah mentah.

"Ish kok lo gi-"

"Berisik." Fela bergumam lalu merebahkan dirinya dikasur hingga tertidur pulas.

Terimakasih yang sudah menemani cerita ini sampai sekarang.

Maaf, cerita ini sangat sangat banyak kekurangannya.

Walaupun begitu, saya tetap bersyukur karena masih ada yang mensupport cerita saya yang jauh dari kata bagus ini.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Sekian, kamu manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THIS IS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang