20. Menjelang PAS

35 4 3
                                    

Fela malam ini tampak semangat belajar. Jika hari-hari sebelumnya Fela sangat malas belajar, maka kali ini dia sangat rajin untuk belajar. Alasan Fela bersemangat belajar, adalah karena tiga hari lagi SMA Bina Nusantara akan di hadapkan dengan PAS atau Penilaian Akhir Semester.

Ah, tidak terasa Fela sudah akan mengikuti PAS Semester satu. Perasaan, baru kemarin dia mendaftar ke SMA ini dan bertemu dengan Azka.

Berjam-jam Fela berkutik dengan buku-buku di hadapannya hingga kantuk menyerang dirinya. Fela sekuat tenaga menepis rasa kantuknya. Dia harus belajar sebentar lagi. Dia ingin membuktikan kepada Rian bahwa dia adalah anak yang patut di banggakan dan semoga usahanya tidak mengkhianati hasil. Ya semoga.

*****

Pagi harinya, Fela sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Saat akan memutar knop pintu kamarnya, Fela tidak sengaja mendengarkan percakapan Clara dan Rian.

"Kamu tiga hari lagi PAS kan Clara?" tanya Rian menatap putrinya dengan lembut.

"Iya. Clara jamin, Clara gak bakal ngecewain Papah kayak Fela. Clara kan pintar kayak papah, gak kayak Fela." dengan sengaja Clara membawa nama Fela kedalam percakapannya dengan Rian.

Rian hanya tersenyum membalas ucapan Clara. Fela. Kapan dia bisa membanggakan dirinya? Pikirnya.

Saat dirasa tidak ada orang lagi di luar kamar, Felapun keluar menuju mobilnya yang terparkir di garasi.

Clara kan pintar kayak Papah, gak kayak Fela.

Clara kan pintar kayak Papah, gak kayak Fela.

Clara kan pintar kayak Papah, gak kayak Fela.

Ucapan itu. Ucapan itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Hanya delapan kata yang mampu membuat hati Fela tersentil. Sebegitu bodohkah dia dalam pelajaran? Miris sekali.

Fela memang tidak pernah menjadi juara satu di kelasnya. Tetapi, masuk kelas Ipa 2 saja bukankah sudah termasuk kebanggaan?

"Fela, Fela ... miris banget sih hidup lo." Fela masih bisa tertawa kecil walaupun pipinya sudah terbanjiri air mata.

Ck, Fela ini cengeng jika sudah menyangkut keluarga.

*****

"Fel!Fel!" teriakan itu membuat Fela menghentikan langkahnya. Badannya dia putarkan 180° kebelakang. Disana terdapat Nadya dan Cindy yang sedang menatapnya.

"Apa?" tanya Fela saat sudah berhadapan langsung dengan Nadya dan Cindy.

"Bareng ke kelasnya," ucap Nadya nyengir.

Fela mengangguk sebagai jawaban. Lalu mereka bertiga menuju kelas bersama-sama. Tibanya di kelas, mereka di sambut dengan suara Fajri yang begitu membahana.

"Akang Bedul akhirnya masuk sekolah euy haha!" Fajri berteriak dengan kencang sambil menggangu Bedul yang tampak lesu.

"Diem Faj astaghfirulloh, pusing banget kepala gue nih," ucap Bedul kesal lalu menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan.

"Lo masih sakit Dul? Ngapain ke sekolah?" tanya Aril yang baru selesai menyimpan tasnya di kursi.

"Biar dikasih uang jajan. Udah seminggu gue gak punya uang. Ck!" Bedul berkata sambil bibir di monyongkan.

"Oon! Lagi sakit juga masih sempet-sempetnya ya lo mikiran uang." Cindy ikut menimpali omongan para laki-laki.

Berhubung guru yang mengajar sudah datang, semua siswa-siswi kelas Ipa 2 menjadi hening. Mereka semua duduk di tempat masing-masing dengan tertib.

Jam istirahat pun sudah berbunyi. Sebagian penghuni kelas sudah keluar dari kelas menuju kantin.

"Nad, gue nitip roti sama air mineral ya," ucap Fela kepada Nadya.

"Kenapa? Lo gak ke kantin lagi?" tanya Nadya.

"Gue mau belajar Nad," balas Fela.

"Jangan gitu Fel, PAS masih lama. Jangan terlalu nge forsir kayak gini. Lo juga butuh istirahat loh," ucap Nadya menatap Fela kasihan.

"Gue, gak mau ngecewain papah," ucap Fela menunduk, lalu segera mendongak untuk melihat Nadya.

"Jangan senyum! Senyuman lo bikin gue sesek Fel!" Nadya berkaca-kaca melihat Fela yang begitu kuat di mata orang. Sebagai seorang sahabat, Nadya sudah jelas tahu alasan mengapa Fela sampai belajar begitu kerasnya.

"Makannya gue nitip roti ya?" tanya Fela memberikan cengiran lebarnya.

"Iya, iya," balas Nadya malas lalu pergi keluar dari kelas.

Setelah kepergian Nadya, Fela kembali berkutik dengan buku-buku yang di penuhi dengan rumus- rumus dan angka itu. Dengan telaten, Fela mengerjakan dari satu nomor ke nomor yang lainnya.

Kertas putih dan polos itu kini sudah terpenuhi oleh tinta hasil dari tulisan tangan Fela. Lembar demi lembar sudah terpenuhi oleh semua latihan-latihan soal yang di hasilkan oleh Fela.

"Hft capek juga," ucap Fela bermonolog.

"Lo ngapain belum makan hah?!" Azka datang-datang langsung membentak Fela.

"Apasih datang-datang malah ngebebentak," ucap Fela dengan nada tidak suka.

"Ngapain aja lo? Ko belum makan?" tanya Azka tajam.

"Belajar. Bentar lagi PAS," balas Fela jutek.

"Makan dulu Fel. Gak baik loh belajar terus tapi perut gak keisi. Jangan sampe lo sakit." Azka yang tadinya berbicara dengan nada tajam, kini sudah melembut.

"Gue tadi pesen roti ko sama Nadya," ucap Fela.

"Ke kantin sama gue!" titah Azka.

"Gak mau! Gue harus belajar!" ucap Fela tajam.

"Belajarnya nanti bisa di lanjut," ucap Azka menarik lengan Fela lalu di genggam dengan erat.

Fela berusaha melepaskan genggaman Azka, tetapi hasilnya nihil. Banyak pasang mata melihatnya. Argh, siap-siap dia kena amuk Clara lagi.

Fela menutup wajahnya karena malu di perhatikan oleh siswa-siswi yang berada di koridor. Sedangkan Azka? Dia malah tersenyum senang.



803 word.

Follow instagram : utamisarah28_

See you next chapter guys!

THIS IS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang