Fela mengerjap, tangannya terulur untuk menyibakkan selimut. Matanya terasa berat untuk sekedar membuka saja. Ah iya, Fela ingat kenapa matanya terasa berat, dia semalaman mengerjakan tugas dirinya dan Clara. Fela melihat pintu kamarnya yang sudah terbuka mungkin itu ulah Clara. Fela berniat untuk membuka tugasnya, matanya tidak sengaja melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.27 itu artinya kegiatan KBM sudah di laksanakan tujuh menit yang lalu. Fela di buat melotot di tempat, mampus kali ini dia akan menerima hukuman dari guru BK.
"Kesiangan nih, mantap dah," gumam Fela lalu lari terbirit-birit menghampiri kamar mandi.
Fela keluar dari kamar mandi dengan seragam lengkap yang melekat di tubuhnya.
*****
"Jam tujuh lebih empat puluh sembilan menit. Kena hukum dah mampus," gerutu Fela yang sedang duduk di atas motor ojol.
"Pak cepetan dong, saya udah terlambat masuk nih," desak Fela kepada tukang ojol.
"Iya-iya neng bentar lagi juga nyampe."
Coba aja gue gak ngerjain tugas Clara. Gak bakal nih gue terlambat kek gini.
"Makasih ya Pak, ini uangnya."
"Makasih neng."
Keringat dingin mulai bercucuran di pelipis Fela. Kakinya terasa berat untuk melangkah menuju gerbang sekolah. Baru saja Fela akan berteriak untuk memanggil satpam tapi tangannya sudah di tarik entah oleh siapa sampai di belakang sekolah.
"Penculik lo om! Lepasin!" teriak Fela tanpa melihat siapa orangnya.
Azka yang mendengar kata 'om' langsung saja membekap mulut Fela dengan tangannya.
"Azka?!" pekik Fela saat sudah berhasil melepaskan tangan Azka.
"Apa lo," ucap Azka.
"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain tarik tangan gue tadi saepudin!" kesal Fela.
"Eh markonah! Lo denger ya. Andai aja tadi lo gak gue tarik, lo bakal kena amuk sama guru BK. Mau lo?!" ucap Azka.
"Emang kalo kesini gak bakal kena amuk gitu?"
"Kena amuklah," balas Azka santay.
"Koplok," desis Fela.
"Manjat tembok ayok!" ucap Azka menggandeng tangan Fela.
"Eh eh! Gak mau!" tolak Fela.
"Terus? Lo mau diem disini gitu?"
"Lo gila! Masa iya gue manjat tembok! Gue pake rok tulul," ucap Fela dengan kesal.
"Gak bakal gue intip. Gue gak nafsu!"
"Cepet naik!"
Azka mulai berjongkok di susul Fela dengan menginjak bahu Azka agar dapat mencapai tembok.
"Akhrinya ... " Fela mengela napas lega karena telah berhasil memanjat tembok.
"Azka?!" teriak seorang wanita paruh baya dari arah lapangan.
Fela memejamkan matanya sambil mengumpat mampus!
"Eh Bu Wini, apa kabar Bu?" tanya Azka cengengesan.
"Ngapain kamu ada di sini?! Manjat ya?!" ucap Bu Wini dengan galak.
"Ini juga cewek kok ikutan manjat sih!" Bu Wini di buat pusing oleh muridnya. Semakin hari, semakin banyak saja yang membuat ulah.
"Saya di ajak sama Azka Bu," adu Fela.
"Kalian berdua! Silahkan bergabung dengan yang lainnya. Hormat bendera sampai pelajaran jam kedua berakhir! Dan pulang sekolah kalian harus rapihkan buku di perpustakaan!"
"Asiap!" dengan semangat Azka menarik lengan Fela agar cepat sampai di lapangan.
"Lo kok di hukum malah bahagia sih?!"
"Enak di hukumlah, kagak belajar," balas Azka terkekeh.
"Saraf!"
Fela mulai menghormat ke bendera. Cuaca pagi ini matahari sangat terik, belum sampai satu jam Fela berada di lapangan bajunya sudah mulai basah di oleh keringat.
"Astaghfirulloh," Azka menutup matanya sambil geleng-geleng.
"Heh! Lo kenapa?" heran Fela.
"Daleman lo Fela, keliatan," balas Azka.
Fela merasa malu karena bajunya kini sudah basah, otomatis dalamannyapun akan terlihat. Dengan cepat Fela merebut jaket yang Azka genggam.
"Gue pinjem!"
"Gak boleh!"
"Is pinjem!"
"Gak boleh kampret!"
"Boleh anjir!"
"Pelit lo!"
"Bodo anjing!"
"Woy Fel! Cepet masuk kelas, udah bel," teriak Nadya dari arah kelas.
Fela merampas jaket Azka lalu segera di kenakan. Setelah itu dia berlali menuju kelasnya.
"Nyebelin tuh cewek," ucap Azka mendengus kesal.
"Woy Ka! Si Clara nyariin noh," ucap Samuel yang baru saja datang.
"Males. Orang dia bukan siapa-siapa gue lagi," balas Azka lalu segera melenggang pergi.
*****
"Sekarang pelajaran apa Nad?" tanya Fela.
"Fisika. Tapi gurunya izin dia nikahan," balas Nadya.
"Nikahan?"
"Iya."
"Gabung sama yang lain yok Fel. Noh di pojok," ajak Nadya.
"Ayok."
"Aku pernah mencintai seseorang begitu dalam hingga aku, tikusruk, tikujubar, tikuralep, nyungsep."
Baru saja Fela dan Nadya duduk, mereka sudah mendengarkan ocehan Fajri yang kelewat ngenes.
"Haha ngenes banget lo Ri," ucap Alvin ngakak.
"Gue kemaren putus ama si Dino," ucap Anisa membuka curhatannya.
"Kenapa?" tanya semuanya kompak.
"Motor dia di jual. Yaudah deh gue putusin," balas Anisa kalem.
Mereka semua di sana melotot tidak menyangka dengan Anisa.
"Ebuset. Matre bener lo Nis," ucap Fela geleng-geleng.
"Kasian si Dino, harusnya dia tuh butuh support dari orang terdekatnya. Ini malah lo putusin gila sih gila." Aril pun tak kalah takjub oleh kelakuan Anisa yang matrenya keterlaluan.
"Gue juga baru putus sama pacar gue," celetuk Cindy.
Kini semua tatapan beralih menghadap Cindy.
"Waktu masih awal pacaran, dia bilang sama gue aku gak bakal ninggalin kamu. Eh ternyata sekarang malah dia yang mutusin gue!" kesal Cindy. Sedangkan teman-temannya menahan tawa.
"Aku janji gak bakal ninggalin kamu, merdu banget ya suara setan," celetuk Fela meniru gaya bicara Cindy.
"Buaya anjir haha!"
"Lain kali, kalo ada cowok yang bilang gitu. Gausah di percaya. Diatuh baru bangun tidur, nyawanya belum kekumpul. Jadi wajar omongannya juga ngelantur!"
"Haha sa'ae lo Nad!"
Follow instagram
utamisarah28_
For updates guys!

KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME
Teen FictionFela fitri fawnia.Gadis cantik memiliki ribuan luka yang di tutupi dengan senyuman manis nya. Perlakuan keluarga yang tidak adil terhadap diri nya. Bahkan dia tidak pernah di perlakukan manis seperti sang kakak. Terimakasih yang sudah mau membaca ka...