Chapter 37

214 33 1
                                    

Malam ini semua keluarga Kim sedang berkumpul di rumah Min Young yang menjadi ibu dari Taehyung. Saat ini mereka sedang makan malam bersama sebagai keluarga besar.

"Nenek, eyang.. sebentar lagi Yoon Gi akan punya seorang adik, Yoon Gi tak sabar melihatnya" ucap Yoon Gi yang berdiri dikursinya saat setelah ia selesai makan.

"Yoon Gi duduklah, kau bisa saja jatuh" titah Yerin yang duduk disampingnya, Yoon Gi pun langsung menurut

"Eyang pun tak sabar ingin segera melihatnya"
"Heum.. nenek pun"

"Tunggulah sebentar lagi.." kepala Taehyung bersandar pada pundak Yerin "Aku pun tak sabar menunggunya" sambungnya

Saat ini keluarga Kim sedang sangat bahagia, karena Yerin sedang mengandung anak dari Taehyung. Dan pada saat ini juga usia kandungannya sudah menginjak 6 bulan.

Yerin merasakan rasa sakit didadanya, tanpa ingin orang lain tau ia melipat kedua bibirnya untuk menghilangkan rasa curiga.

"Yerin" pandangan Yerin teralihkan "Kau baik baik saja, wajahmu sedikit pucat" ucap Min Young sang ibu

Yerin memaksakan seyuman "Aku baik baik saja eomma"

"Wae.. apa kau sakit?" tanya Taehyung sambil memengang kening gadisnya untuk memeriksanya.

"Aku baik baik saja"
"Aku hanya sedang sakit gigi" bohong Yerin

"Pantas saja kau tak menghabiskan makananmu"
"Pergilah dan istirahat dikamar, biar aku yang bereskan ini" titah Taehyung

"Mianhae" jawab Yerin ia pun beranjak dari kursinya "Eomma, eyang.. maaf aku duluan" pamit Yerin

"Heum.. istirahatlah" ucap Min Yong

Yera merasa ada yang tidak beres dengan kakaknya, ia hanya diam melihat kepergian sang kakak. "Yoon Gi, ini sudah malam.. kajja nuna antar kau kekamar" ucap Yera, Yoon Gi pun menurut dan mereka berdua meninggalkan meja makan yang menyisakan Taehyung, ibu dan sang nenek.

Setelah mengantar dan menidurkan Yoon Gi, Yera berjalan kearah kamar sang kakak. Ia mengetuk pintu dan membukanya setelah mendapat jawaban, menutup pintu dan berjalan kearah sang kakak yang saat ini sedang berdiri dibalkon kamarnya.

"Angin malam tak baik untukmu" ucap Yera kala melangkahkan kakinya menuju kearah sang kakak, Yerin berbalik, melihat Yera yang saat ini sedang melipat kedua tangannya sambil bersandar diambang pintu menuju balkon.

"Wae.. tak biasanya kau kekamarku" ucap Yerin

"Aku akan langsung saja" Yera mendekat ke arah sang kakak dengan tangan yang masih melipat di dada "Eonni menyembunyikan sesuatu dariku bukan" Yerin sedikit kaget dengan ucapan yang adiknya lontarkan padanya, ia hanya membuang muka kearah lain.

"Eonni..."
"Ada apa?? Katakan padaku" ucap Yera

"Ini sudah malam, sebaliknya kau___"

"Eonni tau kan hanya kau satu satunya keluargaku" bentak Yera, Yerin kaget mendengarnya, ia pun memengang kedua pundak sang adik yang kini mulai menangis. "Yera, eonni tidak apa apa.. jangan menangis" ucap Yerin sambil menghentikan air mata sang adik, ia pun lantas memeluknya "Mianhae" ucapnya lagi, yang membuat tangisan Yera semakin menjadi.

Setelah tangisannya mereda, Yera melepaskan pelukkannya, menghapus air matanya "Kajjaa.. kita pergi temui Baekhyun oppa, dia harus memeriksamu, dan__"

"Yera.." potong Yerin
"Gwenchana, eonni baik baik saja.. aku juga baru bertemu dengannya seminggu yang lalu"

"Lalu, apa yang ia katakan"

Yerin terseyum "Ia akan membantu mencari solusinya" kedua tangan Yerin terulur pada pipi Yera "Jadi, kau tak perlu khawatir, arraseo" ucap Yerin dan Yera pun diam setelah mendengar ucapan sang kakak. Yera pun lantas memeluk sang kakak dengan erat.

Yerin kembali menatap kearah taman yang berada jauh di sebelah rumah keluarga Kim setelah Yera kembali kekamarnya. Seminggu yang lalu ia bertemu dengan Baekhyun, namun Baekhyun sontak kaget dengan apa yang ia lihat dan ia dengar kala telinganya mendengar jika saat ini Yerin tengah mengandung. Baekhyun, ia juga turut senang namun hal itu bisa saja mengancam nyawa Yerin. Jantungnya kini semakin lemah, di tambah ada jantung lain dalam dirinya, alat yang ia pasang bahkan tak bisa membantunya.

Baekhyun berdiri dari kursinya "Kau gila, kau sama saja mengorbankan nyawamu" bentak Baekhyun

Yerin hanya diam menunduk

Baekhyun menyisir rambutnya kebelakang dengan kasar, ia tak tau lagi harus berbuat apa.

"Baekhyun,.. aku pernah dengar, jika aku bisa saja bertahan jika ada yang mendonorkan jantungnya padaku"
"Bisakah aku mendapatkannya" ucap Yerin yang membuat Baekhyun melihatnya yang kini masih menunduk dengan kedua tangan yang meremas tasnya.

"Kau pikir mendapatkan jantung itu mudah"
"Mendapatkannya sama saja kau mengorbankan nyawa orang itu"

Yerin mendongkak memberanikan diri menatap Baekhyun yang tengah marah "Tapi,.. aku bisa mendapatkannya dari orang yang mati otak"

"Ohk.. kau bisa memperpanjang hidupmu dengan cara seperti itu"
"Tapi apa kau pikir dengan adanya pasien mati otak kau bisa dengan mudah mengambil jantung atau organ yang lain"

Yerin kembali menunduk "Mian"

Baekhyun menghembuskan napasnya "Aku pun berusaha mencari pendonor jantung untukmu, tapi aku belum bisa mendapatkannya sampai saat ini" ucap Baekhyun yang mulai melembut

"Untuk saat ini, jaga tubuhmu, jangan memaksakan diri ataupun terlalu lelah"
"Obat mungkin takan mempan, ia hanya bisa meredakan rasa sakitnya"
"Bagaimana pun, aku akan menyelamatkan kalian berdua" sambung Baekhyun

Yerin menutup matanya rapat kala mengingat hari itu. Ia pun langsung membuka mata kala sebuah tangan kekar melingkar di perutnya.

"Sedang apa.. angin malam tak baik untuk mu" ucap Taehyung sambil menyimpan kepalanya disebelah pundak Yerin

"Aku hanya ingin menghirup udara malam sebentar" jawab Yerin

"Kringgg.." suara telphone berdering

"Ponselmu berbunyi" ucap Yerin

"Biarkan saja"

"Yaa.. itu bisa saja dari rumah sakit" ucap Yerin, dan Taehyung pun melepaskan pelukkannya dan berjalan menuju nakas dimana ponselnya berada, ia lantas mengangkatnya, Yerin ikut masuk kedalam dan menutup balkon itu.

Sambil menunggu Taehyung selesai dengan telphonenya, Yerin membaringkan tubuhnya dan menutup matanya. Tak lama, ia merasakan kehadiran pria itu disebelahnya, sambil memeluk perutnya dan menyandarkan kepalanya dipundak miliknya.

Sambil menutup mata Yerin berbicara "Taehyunga.." Taehyung berdehem sebagai jawaban "Bagaimana jika kau membesarkan anak kita seorang diri" sambungnya

"Apa maksudmu" Taehyung mempererat dekapannya "Tentu saja kita akan membesarkannya bersama" Yerin yang masih menutup mata menitikkan air matanya
"Mengapa kau tiba tiba berbicara seperti itu"

"Aku hanya tak bisa membayangkannya" Yerin berganti posisi menjadi miring membelakangi Taehyung "Siapa tadi yang menelphone??"

"Rumah sakit, mereka menyuruhku kesana"

"Yaa.. mereka membutuhkanmu.. sebaiknya kau segera pergi mengapa kau masih disini"

"Aku mengantuk" Taehyung semakin mendekap pada Yerin "Lagian ini sudah hampir larut"

Yerin melepaskan tangan Taehyung dari perutnya"Pergi sana.. kau tidak bisa seperti ini, itu tanggung jawabmu"
"Jika kau tak pergi, jangan tidur bersamaku selama seminggu"

"Nde? Mengapa seperti itu"

"Cepat sana pergi"

Dengan terpaksa Taehyung pun beranjak dari ranjangnya dan mengganti piyamanya dengan pakaian sopan. Sebelum ia benar benar pergi, ia menghampiri Yerin yang telah tertidur dan lantas mengecup keningnya "Aku pergi" pesannya dan mengelus rambut istrinya tak lupa sebuah kecupan pada calon bayinya.

Love House ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang