BAGIAN 3: MENGENAL DUNANT (2)

24.7K 1.2K 25
                                    

Hari sudah menjejak ke siang bolong. Erica belum juga mandi ataupun sekedar membasuh tubuhnya... dan Dunant, tidak mau menjauh darinya sedikitpun. Erica tidak berani memperdengarkan kata "mandi" di telinga Dunant. Dunant tampak menungguinya seperti anjing jaga. Bila kata "mandi" mengingatkan Erica pada kata "bersih", ia khawatir kalau Dunant malah langsung tersambung dengan kata "telanjang". Dan kata berikutnya... "bercinta".

Erica membelai-belai bahu Dunant. Membujuk, batin Erica sambil mengingat baik-baik.

"Dunant... kamu bisa keluar dulu? Sayaaa... mau,-" Erica menghindari kata yang berhubungan dengan "membuka baju", "menanggalkan baju", "ganti baju"... Ia berusaha menghindari setiap kata yang mengandung kata "buka" dan "baju". Ia menghadapi Dunant yang usianya sudah sekitar tiga puluhan, bagaikan menghadapi remaja puber yang memiliki hasrat, rasa ingin tahu dan hormon yang meletup-letup. Dan dengan perawakan Dunant yang tinggi-besar serta kecenderungannya yang temperamental, Erica bisa membayangkan kalau Dunant bisa bergerak dengan sangat kasar dan ganas...

Dunant berusaha memberitahu Erica kalau ruang terpisah di dalam kamar tidur yang bersekat kaca mozaik itu adalah ruang ganti sekaligus ruang untuk menyimpan pakaian khusus milik Erica. Dunant mengantar Erica memasuki ruang tersebut dan melihat bagaimana mata Erica bersinar sumringah melihat semua pakaian indah dan asesoris lengkap di dalamnya. Erica menoleh pada Dunant. Dunant sudah tersenyum, seolah ia mengerti kalau hal itu bisa membuat perempuan seperti Erica... senang.

"Ini... punya saya? Semuanya? Atau..." Erica kembali menoleh pada Dunant, "Kamu yang... kasih buat saya?"

Dunant menggerak-gerakkan tangannya...

Semuanya untuk kamu.

Kemudian Dunant sudah merapat lagi ke hadapan Erica. Erica menahan nafasnya. Bau alkohol, samar-samar masih terendus dari nafas Dunant meski tidak sekuat sebelumnya. Tangan Dunant sudah merelung ke punggung Erica seolah ia ingin memeluk. Tetapi Erica merasakan resleting gaunnya sudah di buka lagi oleh jemari Dunant. Hingga membuka habis.

Wow, dia tau cara buka resleting dengan cepat, batin Erica sambil mulai menahan nafasnya karena was-was... menyadari gaunnya mulai melorot perlahan. Dan melorot lebih cepat ke bawah saat Dunant menariknya dengan kuat. Hingga tubuh Erica tersingkap dengan hanya mengenakan bra dan celana dalam. Pemandangan yang selalu Dunant inginkan... untuk di lihatnya secara nyata di depan matanya dan bisa di sentuhnya...

Erica langsung memegang lengan Dunant sambil menjauhkan tubuhnya sedikit. Ia menatap mata Dunant dengan sikap yang tetap bersikeras... untuk menahan laju tangan kekar itu... tangan yang selalu tidak sabar untuk menjamah tubuhnya.

"Jangan...", kata Erica sambil terus menatap Dunant tanpa berkedip. Tetap tenang, tanpa menyiratkan ketakutan. Sebagian ingatannya terus menginformasikan tentang "dominasi mata". Pegang kendali dan tunjukkan siapa yang jadi boss, pikir Erica. Ia mulai merasa ahli untuk memainkan peranannya. Meskipun ia tidak mengingat, seperti apakah dirinya dulu. Tetapi instingnya terus mengarahkannya untuk bisa memanipulasi Dunant agar bisa dikendalikannya dengan baik. "Jangan...", kata Erica lagi sambil membelai-belai bahu Dunant. Lalu menepuk-nepuk ke dada Dunant. Dunant melihat gerakan tangan Erica ke bahu dan ke dadanya. Matanya semakin tak berkedip. Menatap Erica dengan semakin mendalam. Ia menggerak-gerakkan tangannya... dengan seringaian tipis di sudut bibirnya...

Kamu pikir aku seperti anjing.

Erica tersentak, karena Dunant menyadari apa yang sedang dilakukan olehnya. Erica mulai mundur perlahan. Jantungnya kembali berdegup kencang. Erica menggelengkan kepalanya. "Enggak... saya...", Erica menghela nafasnya sedikit, "Saya cuma mau menyesuaikan diri dengan... ng... bahasa kamu... dan cara komunikasi kamu..." Erica memaksa dirinya untuk tersenyum. Ia melihat Dunant menggerak-gerakkan tangannya lagi...

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang