BAGIAN 16: MOMENTUM (1)

18.9K 898 40
                                    

Erica dan Dunant masih bisa duduk santai di saung-saung lesehan. Mereka tidak terlihat seperti pelarian lagi. Tetapi seperti pengantin baru yang sedang berbulan madu. Ia dan Dunant belum beranjak pergi dari kawasan penginapan di Lembang, Bandung.

Mereka sedang menunggu menu masakan yang sudah dipesan sejak lima belas menit yang lalu. Dunant sudah menelan air liurnya berkali-kali. Ia sudah menghabiskan semua roti perbekalan yang dibawa. Juga melahap habis semua camilan, makanan kaleng dan buah-buahan. Ia juga berniat untuk menyantap habis setumpukan petai yang masih tersisa di dalam mobil, kalau saja Erica tidak mencurinya diam-diam... untuk dibuang jauh-jauh.

Erica mengisi waktu kosongnya dengan merapikan semua kuku di jemari tangan Dunant. Dunant terus berusaha untuk menarik tangan besarnya hingga berkali-kali, dari jepitan jemari Erica yang bersikeras membenahi kuku-kukunya yang panjang dan tidak higienis.

Dunant terlihat tidak betah diperlakukan seperti itu. Dunant melenguh, berusaha untuk memperdengarkan suara yang lebih kencang. Tetapi yang terdengar hanyalah decitan-decitan yang tidak mengusik Erica sama sekali. "Diem, sayang...", bujuk Erica, "Ini demi keselamatan anggota tubuh aku. Kalo kuku kamu panjang-panjang... tiba-tiba kamu asal colok... bisa bahayaaaaa..." Erica geleng-geleng kepala. "ck ck ck... bahayaaa..."

Dunant menarik tangannya dengan kencang. Dan tangan itupun terbebas dari rengkuhan jemari Erica berikut perkakas pedicure-manicurenya. Lalu Dunant menggerak-gerakkan tangannya...

Aku akan kembali ke villa. Sendiri. Kamu,-

Dunant seakan berat untuk meneruskan gerakan tangannya. Meskipun diselesaikannya juga.

Aku bawa kamu ke tempat aman. Kamu tunggu aku.

Erica terdiam. Bibirnya sudah tertarik menutup rapat. Tidak lagi cengengesan. Matanya menyorot tajam pada Dunant. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Kamu... 'ngomong apa?" Suara Erica sudah terdengar meninggi nadanya.

Dunant pun mengulangi gerakan tangan yang sama. Dengan lebih menghentak, agar Erica tidak melewatkan setiap arti dari gerakan tangannya itu sedikitpun...

Aku bawa kamu ke tempat aman. Kamu tunggu aku.

Erica memainkan lidah di dalam mulutnya hingga menyembul ke pipi kiri lalu ke kanan. Kemudian mengulum bibirnya, mengatupkan mulutnya, meredupkan matanya dan mulai mengulangi kalimat yang sama yang sebetulnya bukanlah pertanyaan... tetapi mempertanyakan niat Dunant, "Kamu 'ngomong apa?"

Dunant pun mengulangi gerakan tangan yang sama, dengan wajah yang terlihat jengkel.

"AKU TAU!!!", tandas Erica cepat. "Tapi kamu mau 'ngapa'in? Kamu lupa?!" Suara Erica sudah terdengar kencang. "Aku milik kamu, 'kan?"

Dunant terdiam. Kemudian tersenyum kecil. Lalu mendekatkan wajahnya untuk melumat bibir Erica yang terlihat segar di matanya. Dan pekerja penginapan pun muncul mendadak dengan hidangan di atas nampan besar yang tertampah di kedua tangannya. Erica pun bergegas menjauhkan wajahnya dari Dunant. "Malu", bisiknya pada Dunant. Bibir Dunant tak menyerah. Terus mengejar seperti ikan mas koki yang lapar hingga Erica harus menjepit bibir itu dengan jemarinya. Dunant terdiam. Dengan mata yang terus memandangi Erica tanpa berkedip. Sementara Erica mulai terlihat sibuk untuk menggeser dua porsi nasi goreng ke hadapan Dunant. Dan satu piring ke hadapannya. Ia tahu kalau Dunant takkan merasa kenyang dengan porsi biasa, untuk bisa mengganjal isi perutnya. Melihat postur tubuhnya, Erica membayangkan kalau Dunant bisa menghabiskan enam piring nasi berikut satu ekor kalkun besar. Tanpa bantuan mulut siapapun.

Dunant mengambil tissue putih dari tempatnya dan melebarkannya ke atas meja. Ia meminjam ballpoint si pelayan lalu menulis sesuatu dengan cepat di atas tissue. Saking cepatnya, Dunant membuatnya bolong dan robek di beberapa bagian. Kemudian Dunant meremas hasil karya pertamanya yang gagal itu dan mengambil satu tissue lagi. Ia menulis lagi. Sementara si pelayan pun undur diri dan membiarkan ballpointnya tetap di dalam kekuasaan tangan besar Dunant.

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang