BAGIAN 22: PILIHAN (3)

15.3K 845 53
                                    

Erica masih tertidur saat Alex mengintip ke dalam kamar utama. Sementara hari sudah beranjak ke pagi. Matahari sudah terbit cukup tinggi untuk menerangi segala yang gelap. Alex pun memberanikan dirinya untuk tidak sekedar mengintip di pintu lagi. Ia ingin Erica melihat dirinya saat matanya membuka di awal hari. Dan ia ingin itu terjadi setiap hari setelah mereka menikah nanti.

Alex menapak perlahan mendekati ranjang. Ia berharap kehadirannya tidak mengusik Erica yang sedang tertidur lelap setelah kegelisahannya di sepanjang malam. Kegelisahan yang membuat Erica kelelahan karena kurang beristirahat. Alex menyadari bahwa Erica tak pernah mengetahui bahwa di banyak malam semenjak Erica bersama Dunant, Alex juga tak pernah bisa tidur dengan lelap. Tapi mulai sekarang, Alex membatin, semuanya akan jadi beda.

Lalu mata Alex mendapati sebuah buku tulis yang terkepit di jemari Erica yang terlihat lebih kurus. Alex tak bisa mengingkari kenyataan kalau Erica menyusut bobotnya sejak Dunant terpisah darinya. Alex menghela nafasnya. Lalu dengan perlahan, ia menarik buku itu terlepas dari kepitan jemari Erica dan mulai membuka halaman pertamanya dengan bibir yang masih tersenyum. Tetapi senyumnya tidak bertahan lama setelah mendapati apa yang tergurat pada setiap halaman di buku itu.

Sketsa gambar hasil karya Dunant. Dunant menggambarkan interaksinya selama bersama Erica dengan detil yang jelas dan akurat. Dunant memperlihatkan bagaimana dirinya memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mengamati gerakan dan bentuk-bentuk, dengan indera penglihatannya. Ia juga memiliki kekuatan yang tidak biasa di dalam merekam serta menyimpan memorinya. Dunant tidak bisa berbicara dengan banyak kata. Tetapi matanya melihat dengan teliti. Ia menggambar setiap gurat di wajah Erica berikut pancaran matanya, lekuk tubuhnya, posenya, bahkan air matanya. Dan itu sudah cukup membuat dada Alex merasa sesak di saat ia belum lagi melihat halaman yang terakhir. Ia melihat gambar jendela pesawat. Juga tulisan besar kecil dan turun naik yang terlihat tidak sebaris;

Aku kembali.

Dada Alex tersentak. Ia masih bisa menerima apa yang telah terjadi di antara Dunant dan Erica. Namun ia terkejut untuk mengetahui bahwa Erica memiliki buku yang menggambarkan kenangannya bersama Dunant namun berkata bahwa dirinya tak pernah mengingat kisahnya bersama laki-laki besar itu. Erica berbohong, Alex membatin. Ia baru menyadari kalau Dunant sudah kembali dan sudah bertemu dengan Erica tanpa sepengetahuannya. Mulutnya membuka sedikit untuk melegakan nafas dari dadanya yang terasa berat. Ia tak mengerti mengapa Erica berpura-pura tidak mengingat Dunant lalu tetap memilih untuk menikah dengannya. Namun di saat bersamaan, Erica pun selalu menangis. Dan semakin menjadi-jadi menjelang rencana pernikahan yang semakin dekat itu. Kini Alex mengerti apa yang membuat Erica terus menangis. Kalau kamu begitu tersiksa karna memilih aku dan bukannya Dunant, Alex membatin, Kenapa kamu tetep mau menikah sama aku? Empat hari lagi...

Alex mendadak sesak nafas. Lalu mendapati Erica membuka matanya dan terkejut saat melihat bukunya sudah berpindah tangan.

"Alex?" Erica membuka matanya bulat-bulat. Menerangkan kesadarannya akan apa yang telah Alex ketahui saat ini.

"Erica..." Alex membuka mulutnya dengan kelopak matanya yang sudah meluruk separuh untuk meredup. "Kenapa,-" Kalimat Alex terpotong. Ia memilih untuk langsung saja mengacungkan buku tulis murah di tangannya itu ke depan wajah Erica. "Aku udah liat apa isinya. Kenangan yang katanya... kamu 'gak inget. Kenapa?" Alex mulai sedikit menghindar untuk tidak menatap mata Erica secara langsung. Karena ia takut untuk mendengarkan jawabannya. Ia bukan laki-laki yang seberani itu untuk mendengar semua kenyataan pahit dengan mudahnya. Merasakan kekejaman yang berawal di telinganya lalu menelusup masuk dan menusuk ke hatinya untuk yang kesekian kali, di sepanjang pengenalannya akan Erica. "Kenapa kamu mau menikah sama aku? Padahal kamu masih inget Dunant? Dan pastinya..." Alex sudah tersenyum getir sambil jemarinya dengan perlahan, tanpa maksud untuk berlaku kurang ajar terhadap Erica, menyibak jubah tidur Erica sedikit dan menunjuk ke beberapa bekas tanda merah di leher dan di dada Erica. "Kamu udah ketemu Dunant. Kamu bercinta sama dia..." Alex mengatupkan rahangnya dan menggelung bibirnya ke dalam mulutnya. Ia bahkan hampir menggigit bibirnya sendiri. "Lalu kamu selalu nangis... kenapa? Dan tetap mau menikah sama aku? Kenapa?" Alex menyelesaikan kalimatnya dengan gigi-geligi yang saling memaku. Suaranya terdengar berat, menahan gejolak di dalam dadanya yang bisa saja membuatnya mengamuk seperti Dunant di saat ini juga. Tetapi ia memiliki gayanya sendiri untuk marah.

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang