Erica menghadiri pemakaman Jevan di Serpong, Tanggerang. Lahan itu sudah penuh. Satu liang bisa di isi dua sampai tiga jenazah. Dan Jevan, kini mengisi salah satu liang lahatnya di situ.
Setelah semuanya selesai, batin Erica sudah merasakan kegelisahan yang tak terjelaskan. Ia bisa merasakan kalau Dunant mengetahui bagaimana Erica sudah berada terlalu jauh dari jangkauannya. Erica pun tidak mau berlama-lama lagi di Jakarta. Ia hanya ingin memberi penghormatan terakhir pada Jevan. Juga berempati kepada Alex sekaligus mencari tahu tentang sesuatu hal yang Erica anggap penting.
"Erica...", Alex membuka mulutnya lebih dulu, "Aku mohon... kamu jauhin Dunant." Alex sudah menatap Erica dengan mata yang semakin perih. Lalu melurukkan pandangan matanya ke bawah, memandangi sepasang sepatu hitamnya. Ia bahkan merasa enggan untuk menatap ke Erica lagi. Karena Erica menganggapnya seperti orang asing. Sementara Dunant dipandang sebaliknya oleh Erica.
"lex...", Erica mulai ikutan membuka mulutnya, "Mereka itu siapa, sih?"
"Ah?" Alex mengangkat wajahnya dengan cepat. "Mereka relasinya papa..." Alex menoleh ke arah para tamu yang datang ke pemakaman.
Erica menggeleng. "Bukan... orang-orang yang waktu itu ke villa." Suara Erica sudah berbisik.
Alex menarik nafas dan memejamkan matanya sesaat... lalu menyahuti, "Aku mohon, Erica. Ini bukan karena aku egois. Kamu 'gak balik sama aku, terserah. Tapi aku 'gak mau kalo kamu jadi kenapa-napa..." Alex mengulum bibirnya. "Mereka adalah para dokter... mereka justru mau tolong Dunant. Bukan mereka yang aku takutin. Aku udah bikin kesalahan yang fatal karena cemburu sama Dunant. Ada pihak lain yang cari Dunant..."
Erica mendengus. Ia meluruskan kerutan di sackdress hitamnya dan menegakkan tubuhnya. Ia terlihat cantik, meskipun wajahnya tampak lebih pucat. Bekas luka di keningnya pun tampak seperti lipan yang melintang. Alex melirik ke bekas luka itu sekilas-sekilas. Matanya masih menyiratkan cinta yang besar untuk Erica. Dan ia tak mempermasalahkan bekas luka yang membuat Erica tidak cantik sempurna lagi.
"Alex", kata Erica, "Jadi, kamu tau banyak..."
Alex menggeleng. "Kalo soal Dunant yang kamu mau tau, aku cuma bisa bilang... papa temu'in dia di ladang. Dengan luka menganga yang asliiii... 'ngeri banget. Papa sempet mikir kalo Dunant cuma anak-anak, yang hampir aja jadi korban pelaku kejahatan pencurian organ. Tapi liat perilaku Dunant..." Alex menggantungkan kalimatnya dan mendengus lagi. "Yaaah... kamu udah tau sendiri..." Alex menghembuskan nafasnya dengan kedua alis terangkat, mengingat bagaimana Dunant hampir meremukkan lehernya dan bahkan hampir menggilasnya dengan Ranger hitam dua kabin.
"Papa kamu cerita apa aja tentang Dunant?", tanya Erica semakin antusias.
Erica mulai merasakan desir-desir halus di tengkuknya. Ia seakan bisa merasakan hati dan perasaan Dunant di dalam batinnya saat ini. Dunant sedang merasa kesepian. Ia sedang menangis. Ia berusaha melolong... tetapi ia tidak bisa bersuara dengan kencang. Ia tidak bisa berbicara. Ia tidak tahu kemana harus mengadu atau meletakkan kepalanya untuk bisa terlelap dengan mudahnya karena merasa aman.
Erica tidak mengetahui persis di mana Dunant bersembunyi. Tetapi ia bisa merasakannya. Erica pun bertanya lagi pada Alex dengan suara yang sudah terdengar cemas, "Chamberlain mau tolong Dunant dengan cara apa? Siapa pihak lain itu? Kenapa dua-duanya cari Dunant?"
Alex merundukkan kepalanya. Rahangnya tampak mengeras dan ia menarik nafasnya dengan berat. "Chamberlain kontak papa. Tapi papa udah parno saat itu. Dia langsung bawa Dunant menjauh. Kita pindah-pindah terus, sampe akhirnya balik ke sini. Dan kita 'ngumpet di pedesaan. Tapi aku 'gak tahan hidup di desa. Aku ke Jakarta. Dan entah bagaimana, Chamberlain kontak aku. Dia bilang,-" Kalimat Alex terputus. Seorang perempuan tinggi semampai dengan rambut kemerahan, sudah mendekat dan memeluk Alex. "Turut berduka, ya...", kata perempuan itu sambil menepuk-nepuk punggung Alex. Alex tampak salah tingkah sambil matanya melirik pada Erica.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNANT
RomanceDunant itu nama orang. Bukan saudaranya Dunkin atau Donut. Dia cuma pake mulutnya untuk makan, minum, nangis, melenguh gak jelas macem ternak sampe usianya dewasa. Jadi intinya, ini bacaan dewasa. Karena akan menceritakan si Dunant pake mulutnya unt...