BAGIAN 18: MOMENTUM (3)

13K 772 58
                                    

Dunant berlari tanpa berhenti. Ia melewati banyak perdu lalu melihat pos kecil dan aliran air panas di area Kandang Batu. Ia pun segera menyimpang dari jalur utama, untuk menjauhi sekumpulan pencinta alam yang sudah memperhatikan sosok dan perawakannya yang mencolok. Dunant bergegas menapak naik ke tanjakan yang terjal dan masuk ke dalam hutan yang terlihat lebih rimbun.

Dunant terus memasuki hutan dengan semakin jauh. Menjauh dari jalur utama pendakian, hingga menapak masuk ke kawasan hutan subalpin yang terlihat kelam, basah dan lembab. Hutan subalpin menjadi tanda bagi Dunant bahwa ia sudah mencapai ketinggian lebih dari 2.400 meter di atas permukaan laut. Sementara puncak gunung Gede memiliki ketinggian sekitar 2.900-3.000 meter di atas permukaan laut.

Atap tajuk hutan sudah terlihat rapat oleh awan dan kabut yang merayap. Pohon-pohonnya terlihat lebih rendah dari pepohonan di kaki gunung. Pepohonan itu juga memiliki jumlah cabang yang lebih banyak, yang membuatnya terlihat rimbun. Lumut-lumut pun merambat luas dengan berlimpah. Suasana itu seakan menerkam dan merasuki Dunant. Mendorong segala yang tersembunyi untuk keluar dari kekelaman hatinya. Ia mengesampingkan bayangan Erica dan hanya merasakan kemarahannya...

Dunant berputar-putar dan belum juga menemukan padang rumput berikut hamparan edelweis yang menjadi tanda baginya untuk bisa menemukan lokasi hutan tempat Chamberlain bersembunyi. Dunant mulai meringis. Ia melihat wajah mamanya yang menjauh.

Ia juga melihat kilasan kenangan akan Dahy. Dahy menapak di atas kedua kakinya. Ia sudah patuh, tidak dikurung dan tidak dirantai lagi. Ia menyembunyikan setiap pil yang Dunant lepehkan dari mulutnya. Dahy masih bisa mengenali Dunant. Dahy masih bisa merasakan sesuatu di saat itu. Ia hanya takut pada ayahnya. Dahy menggerak-gerakkan tangannya pada Dunant... You'd become a free man. Dahy mengatakan kalau Dunant akan menjadi manusia yang bebas.

Dunant berlari cepat. Sesekali ia melompati pohon-pohon besar yang tumbang ataupun tumpukan ranting yang patah. Ia menapaki bebatuan besar yang licin dan berlumut, tanpa takut tergelincir. Sambil mengingat bagaimana ia selalu berlari untuk menyelamatkan nyawanya. Sekarang, ia kembali untuk mempertahankannya...

Dunant kembali kepada orang yang membuatnya berlari. Chamberlain...

Rahang Dunant sudah mengeras. Ia terus menggemeletukkan gigi-giginya. Chamberlain memisahkannya dari tangan lembut mamanya. Chamberlain membuatnya terlupa siapa Dahy. Chamberlain membuat Dahy tidak ada lagi. Chamberlain membuat ia ketakutan.

Chamberlain... Chamberlain...

Dunant mendengar nama itu terus menggaung di kepalanya.

"You must obey!!!" Dunant mendengar suara menggelegar Chamberlain. Chamberlain mengatakan bahwa Dunant harus patuh. "You'd change the world!!!" Chamberlain berseru bahwa Dunant akan mengubah dunia. "Many people would follow!!!" Chamberlain menyambung kalimatnya, bahwa banyak orang akan mengikuti. Dunant pun terus berputar-putar, mengikuti kemana gaung suara itu mengarahkannya...

Dunant sudah mematahkan banyak ranting yang memperdengarkan suara deraknya dengan marah. Karena tanaman yang hidup di dataran tinggi, bertumbuh lebih lambat dari pepohonan di dataran rendah. Kemarahan Dunant seakan membuat seisi hutan merasa terusik dan turut tersakiti.

...dan ia mendapati Chamberlain di hadapannya, di saat hari mulai beranjak ke sore hari...

Chamberlain berdiri dengan limbung sambil menceracau. Ia mabuk. Ia melihat Dunant dengan dahi berkerut-kerut...

"The lost one... has returned..." Chamberlain mengatakan kalau yang terhilang telah kembali. "You have come back to me." Ia mengatakan kalau Dunant telah kembali padanya. "My son..." Ia meneruskan dengan suara yang bergetar, memanggil Dunant dengan sebutan "Anakku".

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang