Erica berdiri di tepi jalan. Ia terlihat limbung dengan kaki telanjang tanpa alas dan luka gores di beberapa bagian tubuhnya. Gaun putih panjang yang dikenakannya sudah terkoyak sebagian. Gaunnya terlihat kotor, penuh tanah, rerumputan dan noda lainnya.
Erica melangkahkan kakinya beberapa tapak ke depan hingga menjumpai genangan air yang cukup lebar. Ia melihat pantulan wajahnya di situ. Wajah peranakan ras kaukasia bercampur dengan etnik melayu. Ia memiliki rahang serta tulang pipi yang terlihat tegas. Dengan sepasang alis tebal dan rapi, menukik di atas mata besarnya yang memanjang. Membuat tampilannya terkesan bengis sekaligus sensual di saat yang bersamaan.
Erica melihat luka terbuka di keningnya. Dengan darah yang sudah mengering. Ia pun mengerang nyeri, merasakan sakit yang hebat di keningnya itu. Juga di bagian belakang kepalanya dan di pergelangan kakinya. Ia teringat kalau dirinya tersangkut di akar-akar pohon besar yang menyembul di tepian jurang. Ia berhasil merangkak keluar dari situ selama semalaman. Lalu terjatuh lemas di pinggir jalan hingga pagi menjelang. Hingga ia bisa berdiri kini...
Erica berharap ada mobil yang lewat untuk membawanya pergi ke suatu tempat. Tempat yang tidak diingatnya dengan jelas. Ia tidak ingat di mana rumahnya. Tetapi ia ingat sebuah villa besar yang terasing dan letaknya agak menjorok ke tepian lereng pegunungan yang curam.
Tak lama kemudian, Erica melihat sebuah Jeep hitam menepi ke hadapannya. Menepi dengan decitan menderu seolah pengemudinya mabuk.
Seorang laki-laki asing berperawakan tinggi menjulang, berbahu lebar dan bertubuh besar, berparas maskulin dengan potongan rambut marinir yang berwarna kecoklatan, menapak turun dari mobil dengan gerak-gerik yang terlihat kasar. Rahang tegasnya tampak mengeras ketika melihat ke arah Erica. Erica tidak mengingat betul siapa laki-laki itu selain namanya; Dunant. Dan Erica harus menjauhinya. Dunant adalah sosok yang membuatnya merasa terancam. Tetapi Erica tidak ingat mengapa ia harus merasakan hal semacam itu terhadap Dunant.
Erica pun mengerahkan sisa tenaganya untuk berlari menjauh dari Dunant. Ia berlari dengan tertatih, melewati bagian belakang mobil. Tetapi Dunant menyusulnya dengan mudah dan sudah merelungkan lengan kekarnya ke pinggang Erica. Membuat Erica terhenyak dan merasakan hawa menakutkan yang semakin menelusup jauh ke dalam aliran darahnya. Memacu adrenalinnya. Membuat jantungnya berdegup kencang. Dan tubuhnya pun mulai gemetar. Tetapi ia tidak mengerti dan tidak mengingat, mengapa lagi-lagi ia merasakan hal itu.
Dunant menyeret Erica dengan begitu mudahnya untuk mendekat ke pintu mobil. Dunant juga langsung membuka pintu jok penumpang dengan satu tangannya yang lain. Ia terlihat begitu tangkas dan kuat untuk melakukan semuanya dengan cepat.
Dunant mengangkat tubuh Erica hingga terlontar masuk ke dalam mobil tanpa ada kesan sulit sedikitpun. Seakan Erica hanyalah seringan kapas bagi kekuatannya yang hanya bersebelah tangan saja.
Tanpa bersuara, Dunant pun bergerak masuk ke balik kemudi dan memandang tajam pada Erica di sudut matanya yang menyipit. Membuat Erica beringsut gentar di posisinya.
Erica masih kebingungan untuk menyikapi apa yang sedang terjadi padanya di saat ini. Karena selain namanya; Erica, dan nama laki-laki di sampingnya; Dunant... Erica hanya bisa mengingat kalau dirinya baru saja merangkak keluar dari mulut jurang yang hampir menelannya bulat-bulat.
"Kita mau kemana?", tanya Erica dengan suara yang gemetar. Meski ia tetap berusaha untuk menutupi ketakutannya.
Erica tidak bisa mengingat mengapa ia merasakan kegentaran semacam itu terhadap Dunant. Tetapi perawakan dan gerak-gerik Dunant yang terlihat garang dan kasar, cukup memberikannya alasan.
Dunant sudah melajukan mobil untuk kembali ke jalanan. Dan mobil pun terus melaju menuju ke tepian lereng gunung Pangrango hingga tiba ke muka gerbang sebuah villa besar. Villa yang terlihat seperti sebuah benteng tua di jaman penjajahan Belanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNANT
RomanceDunant itu nama orang. Bukan saudaranya Dunkin atau Donut. Dia cuma pake mulutnya untuk makan, minum, nangis, melenguh gak jelas macem ternak sampe usianya dewasa. Jadi intinya, ini bacaan dewasa. Karena akan menceritakan si Dunant pake mulutnya unt...